marquee

Selamat Datang di Blog Kami

welcome

Berbagi itu Indah dan Senyum itu Sedekah

Sabtu, 23 Juni 2012

Keramahtamahan yang Hilang

"Bu, saya ingin mengurus KTP,  apa yang harus saya lakukan Bu ?, sambil menatap penuh kebencian si Ibu menjawab," Bapak tidak baca ya ada pengumunan di luar, di sana kan ada syarat2 nya. Bapak sebelum ke saya baca dulu dong atau ke meja yang satu lagi bagian pengumpulan data. saya ini bagian penyerahan KTP" sambil membuka Facebook nya dari tadi tidak kebuka juga.

itulah gambaran sepintas tentang suasana pelayanan di civil government (kantor pemerintahan) dan mungkin masih banyak lagi adegan atau aksi yang bermacam-macam mulai dari aksi diam, cuek dan bahkan marah kepada masyarakat yang meminta pelayanan. Aksi seperti ini sering terjadi dan muncul ketika ada masyarakat mau mengurus dokumen-dokumen penting yang notabene berkaitan dengan identitas. Baik berupa KTP, SIM, surat tanah dan lain-lainnya. Sementara di sisi lain ada warga yang berani dan frontal sambil berteriak dengan geramnya, "kalau sampean tidak bisa bekerja di sini, jangan jadi pegawai masih banyak yang hebat dari sampean". Ini juga yang pernah dialami penulis sehingga penulis pun bertriak seperti orang tadi. saking kesalnya karena sudah menunggu hampir seharian, sementara orang yang kenal dan akrab dengan petugas itu urusannya mulus dan tidak birokratis.

Dan ternyata berbeda dengan suasana pelayanan di kantor swasta seperti bank, asuransi dan social service lainnya. mereka lebih menyapa duluan sebelum kita menyapa mereka. mereka senyum duluan sebelum kita mulai senyum. kenapa ada perbedaan di stant pemerintahan dan swasta itu. apakah pegawai pemerintahan itu digaji pemerintah dan notabene PNS, sementara swasta tidak dan mereka takut kalau keramhtamahan itu tidak dikedepankan para pelanggan akan lari dan beralih ke tempat yang lain??

Keramahtamahan adalah sesuatu yang sangat khas dari bangsa kita. Dulu bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang amat ramah dan bersahabat dengan siapapun. Kalau kita menengok sejarah ke belakang sebentar, hampir semua agama besar yang ada di Indonesia sebenarnya adalah produk import, namun karena begitu ramahnya bangsa kita akan agama yang produk import itu bisa diterima, diserap dan kemudian sedikit “dimodifikasi” menjadi seolah-olah milik kita sendiri.

Sayangnya budaya atau karakter itu pelan tapi pasti mulai menghilang dari bangsa kita. Kita menyaksikan dengan mata telanjang hari-hari ini ada banyak amuk massa di hamper semua bagian negeri tercinta ini. Bangsa kita yang ramah, itu sekarang menjadi udah marah. Kenapa bisa demikian ?

Mencoba berpikir kritis atas fenomena ini, penulis melihat ada beberapa penyebabnya maraknya amarah di masyarakat kita:

1.Strata sosial yang senjang

Tak bisa dipungkiri, kesenjangan social cenderung memicu konflik. Kesenjangan social yang tajam memicu pemishan antara kami dan mereka. Antara I and You. Ketka keterpisahan itu tak terjembatani, maka sebuah isu kecil bisa meledakkan emosi amarah yang jau dari nalar waras. Berbagai kerusuhan social di Indonesia harus dilihat dari kerangka seperti ini. Ketika si polan yang tinggal di tepi sungai tidak lagi punya akses untuk bergaul dengan si Paul yang tinggal di real estate, maka kesalahan pahaman sedikit akan sangat mudah memicu benturan.

2.Permasalahan hidup yang pelik

Sebab ke dua merebaknya sikap agresif dikalangan masyarakat kita bisa dilihat dari semakin menggunungnya persoalan hidup yang menindih mereka. Mulai dari rumah yang tidak layak huni, kebutuhan harga barang-barang yang terus membumbung tinggi, biaya sekolah yang cenderung mahal sampai pajak yang terus dinaikkan oleh pemerintah, membuat rakyat hidup dalam tekanan.. Nah, ketika persoalan itu menjadi semakin berat dan mereka tidak lagi punya jalan untuk memecahkannya, maka rasa frustrasi karena himpitan persoalan hidup itu kemudian bermetamorfosis menjadi sikap mudah marah.
Sebenarnya ada 3 cara untuk “menangani” rasa frustrasi atas masalah hidup :

(a)Menekannya
Artinya anda menekan rasa frustrasi itu dan “menelannya” dalam hati. Lalu anda berpura-pura tidak ada masalah. Ini tidak sehat. Cepat atau lambat rasa sakit itu akan meledak!

(b) Mengulangnya
Artinya, terus memelihara rasa pahit kaena frustrasi itu bahkan mengulang/mengingat-ingat terus peristiwa yang menyusahkan hati. Ini sangat tidak sehat, karena membuat kita semakin terpuruk!

(c) Menyemburkannya
Ini yang paling berbahaya. Ibarat bendungan yang jebol, orang yang meyemburkan rasa frustrasinya akan cenderung melukai dan ”menyerang” orang-orang yang ada disekitarnya. Orang inggris punya ungkapan bijak untuk menggambarkan hal ini :” Hurting people, hurt people” = orang yang terluka, cenderung akan melukai oang lain. 

Nampaknya pilihan ke 3 diatas yang sekarang ini lebih sering diambil oleh sebagian masyarakat kita.

3.Tontonan yang tidak mendidik

Keadaan frustrasi social di atas diperparah oleh tontonan kekerasan yang amat sangat mencolok di televisi kita. Setiap kita membuka channel televisi, entah yang nasional, maupun regional, berita dan aksi kekerasan pasti tersajikan! Tanpa sadar semua aksi itu dilihat dan terekam dalam alam bawah sadar masyarakat kita. Akibatnya, ketika mereka memeiliki masalah yang hampir sama dengan yang dilihatnya di TV, bawah sadar mereka akan mendorong untuk melakukan pelampiasan yan sama.

4.Kehidupan ekonomi yang sulit

Ada ungkapan bangsa yang pemarah adalah bangsa yang rakyatnya lapar. Ternyata ungkapan tersebut terbukti secara ilmiah, bahwa orang yang lapar memang gampang sekali naik darah. Orang Inggris berkata : The hungry man is an angry man = orang yang lapar adalah orang yang mudah marah.

Kenapa rasa lapar membuat orang mudah marah?

Dari sebuah situs intenet penulis menemukan jawabannya demikian : Kemarahan adalah keadaan emosional yang disebabkan oleh keluhan atau suatu penderitaan. Orang bisa marah karena orang lain, karena ada kejadian atau karena dirinya sendiri.

Dilansir Livestrong, rasa lapar memang memicu amarah. Hal ini karena bila orang dibiarkan lapar dalam jangka waktu lama, maka kadar gula darah di dalam tubuhnya sangat terganggu. Akibatnya, pasokan glukosa (gula) yang mencapai otak menjadi berkurang. Di dalam darah, glukosa dikirim juga ke otak sebagai sumber energi yang antara lain berguna untuk mengontrol temperamen dan emosi negatif lainnya.

Rendahnya kadar gula darah atau hipoglikemia inilah yang akan membuat amarah seseorang menjadi naik, sehingga mudah tersinggung dan marah. Gula darah rendah juga dapat disertai dengan kecemasan, kelelahan dan sakit kepala.

Bila tingkat serotonin dalam tubuh rendah, juga dapat membuat orang mudah tersinggung dan marah. Serotonin adalah hormon yang berfungsi mengontrol suasana hati, nafsu makan dan tidur, juga merupakan hormon yang membuat orang merasa bahagia dan menghilangkan emosi negatif.

Serotonin disintesis dalam tubuh dengan bantuan asam amino yang disebut triptofan. Triptofan tidak terbentuk di dalam tubuh dan harus dipasok oleh makanan. Dengan demikian, menambahkan menu harian dengan makanan kaya asam amino esensial menjadi sangat penting.

Banyak ahli gizi di seluruh dunia juga merekomendasikan mengatasi amarah dengan makanan yang mengandung glukosa atau makanan peningkat suasana hati untuk mencegah rasa lapar. Diet yang kaya protein, lemak dan serat akan membantu mencegah kelaparan.

5.Berkembangnya masyarakat patembayan

Bergesernya bentuk masyarakat kita dari paguyuban menjadi patembayan,  memberi andil juga dalam berbagai tindak kekerasan. Masyarakat adalah suatu bentuk kehidupan bersama, dimana tiap-tiap anggotanya bersatu karena pengakuannya sama terhadap nilai-nilai hidup tertentu. Umumnya suatu masyarakat menpunyai dua sifat yaitu masyarakat Paguyuban (Gemeinscharft) dan Petembayan (Gesellscharft); Masyarakat paguyuban itu terjadi karena hubungan pribadi antar anggota-anggotanya yang menimbulkan ikatan batin antar mereka, misalnya keluarga, perkumpulan agama, dll. Sedangkan masyarakat petembayan terjadi karena antara anggota-anggotanya terdapat hubungan pamrih, hubungan yang terutama ditujukan untuk memperoleh keuntungan kebendaan, misalnya perkumpulan dagang, PT, CV, koperasi, dll. Kedua sifat-sifat ini dimiliki oleh setiap masyarakat, mana yang lebih signifikan tergantung dari kasusnya dalam melaksanakan hidup dan kehidupan.

Kalau kita cermati, masyarakat paguyuban cenderung bersifat komunal, sementara masyarakat patembayan cenderung bersifat individual. Nah, sikap individual yang cuek dan apatis terhadap orang lain inilah yang pada gilirannya mudah memicu konflik.
READ MORE - Keramahtamahan yang Hilang

Rabu, 20 Juni 2012

Malaysia Tor-tor, Indonesia Pun Dor-dor

Akhir-akhir ini Indonesia kembali digeramkan oleh klaim Malaysia tentang tari tor-tor dan gordang sembilan yang berasal dari Sumatra Utara dan suku Mandailing; Sebelumnya Malaysia juga pernah memainkan dan mengklain reog Ponorogo. Dan masih tergiang juga di telinga Malaysia mengambil lagu minase dan baju batik berasal dari mereka. Sehingga protes dan unjuk rasa pun terdengar di mana-mana. Pemerintahpun tidak tinggal diam dengan membentuk Komite Nasional Tentang Budaya pun dijadikan solusi untuk mengembalikan warisan rakyat itu dan sebagai citra negara dalam kesenian atau budaya. Sungguh ironis memang jika milik seseorang diklaim oleh orang lain sebagai pemiliknya. Dan ini tentu lebih kejam dari hanya sekedar plagiat budaya atau seni. Hanya saja dalam benak penulis timbul pertanyaan mengapa baru sekarang dibentuk Komite Nasional Budaya ketika budaya bangsa diklaim orang lain? dan mengapa Malaysia mengklaim atau meniru budaya negeri tercinta ini?


Sebetulnya Malaysia dan Indonesia, khususnya suku Melayu (yang berada di Sumatera dan sebagian Kalimantan) itu sedarah. Berasal dari turunan yang sama. Warna kulit sama, muka sama, bahasa, agama dan budaya pun sama.
Bahkan suku Melayu di Sumatera, Kalimantan dan Malaysia justru lebih mirip bentuk tubuh/wajah, agama, bahasa dan budayanya ketimbang suku Melayu dengan suku Ambon dan Papua.

Coba bandingkan, apa bedanya wajah Siti Nurhaliza orang Malaysia itu dengan gadis dari suku Melayu di Indonesia atau dengan suku Sunda, Jawa, dan sebagainya? Nyaris tak ada bedanya.

Sebaliknya bandingkan orang dari Ambon atau Papua, misalnya Rully Nere dengan orang Indonesia dari suku Melayu, Sunda, atau Jawa. Niscaya kita bisa membedakannya meski sama-sama satu negara.

Hanya karena penjajahanlah maka suku Melayu ini terpisah. Malaysia (dari kata Melayu) yang dijajah Inggris menjadi negara Malaysia, sementara Indonesia dari berbagai suku (termasuk Ambon dan Papua) yang dijajah Belanda jadi negara Indonesia

Kerajaan Sriwijaya
Pada zaman Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Majapahit, Malaysia dan Indonesia itu satu negara: Negara Sriwijaya dan Negara Majapahit. Silahkan cek http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sriwijaya

Majapahit
Jadi kalau ada kesamaan bahasa, agama, dan budaya bukan karena Malaysia membajak budaya kita. Tapi mereka sama-sama suku Melayu seperti saudara-saudara kita di Sumatera dan sebagian Kalimantan.

Kalau ada penertiban Illegal Migrant (pekerja illegal) di Malaysia, di Jakarta pun nanti akan ada operasi Yustisi untuk menertibkan pendatang illegal. Padahal masih sama-sama satu negara. Kasus penertiban illegal migrant ini sering jadi faktor keributan antara Indonesia dan Malaysia.

Kita juga harus mewaspadai kelompok tertentu yang ingin agar bangsa Indonesia dengan Malaysia saling bunuh dan berperang dengan cara mengadu domba.

Malaka 
Sudah saatnya pemerintah Indonesia mencari solusi yang terbaik dan mengedapankan diplomasi yang mujarab ketimbang membentuk komite ini itu yang berujung menjadi proyek segelintir oknumnya. Atau merelakan kesenian teresebut mereka tiru karena mereka menganggap Indonesia juga bagian dari mereka alias satu rumpun dan memberikan kewenangan tanpa harus mengklaim bahwa kesenian atau budaya itu milik mereka. Memang selama ini yang dikenal oleh dunia adalah Malaysia bukan Indonesia. Hal itu dikarenakan sistem ekonomi dan mata uang mereka yang kuat dan stabil dan isu keamanan mereka pun hebat.
READ MORE - Malaysia Tor-tor, Indonesia Pun Dor-dor

Minggu, 17 Juni 2012

Kenyataan Isra' Mi'raj dengan Cerita Israiliyyat


Hampir setiap masjid, mushalla, majlis ta'lim dan pusat pengajian islam lainnya memperingati Isra' Mi'raj nya Nabi Muhammad SAW sehingga bermunculan para da'i, muballigh dan ustadz yang dianggap berkompenten menyampaikan tausyiah tentang isra' mi'raj mulai dari isi ceramah yang lucu dan kadang tidak nyambung dengan konten sampai ke konten serius tapi miss diagnosa atau analisa. Sebagai seorang mukmin yang sejati tentu kita wajib mempercayai peristiwa yang luar biasa ini sebagaimana disampaikan Allah:
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (Qs. Al Israa : 1)

Namum tidak ada salah dan dosa jika kita menganalisa ulasan-ulasan yang tidak masuk akal. Umumnya para penceramah menerangkan hikmah dari peristiwa Isra’ Miraj adalah turunnya perintah sholat 5 waktu. Hal tersebut berdasarkan sebuah hadits isinya cukup panjang yang diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya nomor 234 dari jalan Anas bin Malik.

Namun benarkah demikian ?

Melalui penelaahan hadits, secara riwayat adalah shahih karena terdiri dari para perawi yang tsiqoh(dipercaya). Akan tetapi secara matan (isinya) sebagian bertentangan dengan Al Quran dan hadits lainnya yang shahih.
Dengan demikian kedudukan hadits tersebut adalah dhoif (lemah) dan mualal (sisipan) karena isinya diselipkan cerita – cerita Israiliyat dari kaum Bani Israil, yang sengaja secara tersirat ingin mengagungkan bangsa mereka, serta mengecilkan peran Nabi Muhammad beserta pengikutnya.
Kelemahan hadits tersebut :
  1. Yang menjadi subjek memperjalankan Rasulullah Muhammad dalam Peristiwa Isra’ (perjalanan) yang bermakna Mi’raj (naik melalui tangga – tangga) adalah Allah Subhanahuta’ala (Qs.17 : 1), Dia yang Maha Berkehendak. Sedangkan di dalam hadits tersebut, diceritakan Nabi Musa yang menyuruh Nabi Muhammad untuk naik – turun sebanyak sembilan kali, guna mendapat pengurangan perintah sholat dari 50 rakaat menjadi 5 rakaat.
  2. Nampak pula dalam kisah palsu ini seolah Nabi Musa begitu perkasanya dan berilmu sehingga mampu mendikte Allah sehingga menuruti pandangan Musa alaihissalam dalam hal perintah sholat.
  3. Keganjilan tampak jelas dalam hadit ini, bahwa sebelum menuju langit Rosulullah sholat dua rakaat di Baitul Maqdis, sedangkan menurut kisah hadis tersebut, perintah sholat belum diterima.
  4. Dalam hadits ini menggambarkan bahwa Para Nabi yang sudah wafat sudah berada di langit. Sedangkan seluruh Manusia termasuk para Nabi yang sudah wafat berada di alam Qubur / Barzakh / dinding yang membatasi Alam Dunia dan Akhirat. Ulama menyebutnya alam genggaman Allah atas dasar Surah Azzumar ayat 42 menunggu datangnya Hari Berbangkit (Qs. 18 : 47)
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (Qs. 39:42)

dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka. (Qs. 18 : 47)
  1. Nabi Muhammad adalah semulia para Nabi. Beliau tidak pernah membantah atau minta dispensasi (pengurangan) tugas dari Allah. Sedangkan yang biasa menawar dan membantah perintah Allah dan rasulNya sejak dahulu adalah orang kafir dari Bani Israil. Fakta ini dapat kita temukan dalam nash Al Quran dan Hadits yang shahih. Maka mustahil rosul kita mengadakan tawar menawar kepada Musa apalagi kepada Allah. Sedangkan seluruh rosul telah berjanji kepada Allah untuk beriman dan menolong misi Muhammad Rasulullah (Qs. 3:81)
dan (ingatlah), ketika Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai Para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”.

Benarkah Isra Miraj adalah menjemput perintah Shalat ?

Untuk sama dipahami, kewajiban sholat sudah ditetapkan Allah pada tahun awal Kenabian dengan turunnya surah al Muzammil ayat 1 – 9, jauh sebelum turunnya Surah Al Isra pada tahun ke empat Kerasulan.

1. Dikatakan bahwa Nabi Musa telah mengusulkan kepada Nabi Muhammad  agar naik kembali menemui ALLAH untuk memohon perintah Shalat dikurangi dari 50 kali menjadi 5 kali sehari. Dalam hal ini timbul pertanyaan, apakah Nabi Musa lebih cerdas daripada Muhammad?
Apakah dengan itu orang-orang Yahudi bermaksud meninggikan Nabi pembawa Taurat daripada Nabi pembawa Alquran?

Sebaiknya orang-orang Islam mempertimbangkan masak-masak sebelum membenarkan dongeng tak teranalisakan itu.

2. Dikatakan Nabi Muhammad naik kembali menemui ALLAH untuk memohon agar perintah Shalat 50 kali sehari dikurangi dan dikurangi hingga menjadi 5 kali sehari, yaitu sepuluh persen dari jumlah yang ditetapkan bermula.

Semisalnya seorang pedagang menyatakan harga barangnya 50 rupiah kemudian sesudah tawar-menawar, barang itu dijualnya 5 rupiah, maka pada otak si pembeli akan timbul suatu anggapan bahwa pedagang itu sangat kejam atau kurang waras. Sebaliknya pedagang waras yang menghadapi penawar barangnya sepuluh persen dari harga yang ditetapkannya, tentu tidak akan meladeni penawar itu karena dianggapnya kurang waras.

Dalam pada itu Ayat 6/115, 10/64, menyatakan tiada perubahan bagi Kalimat ALLAH, dan Ayat 33/62, 35/43, menyatakan tiada perubahan bagi Ketentuan ALLAH dan Ayat 30/30 menyatakan tiada perubahan bagi Ciptaan ALLAH.

Jika masih berlaku tawar-menawar antara Muhammad dan ALLAH mengenai jumlah Shalat setiap hari, tentulah pernyataan ALLAH pada beberapa Ayat Suci tersebut tidak benar. Namun menurut pemikiran wajar, tidaklah mungkin berlaku tawar-menawar antara Khaliq dan makhIuk-NYA.

3. Dikatakan bahwa sewaktu Mi’raj, Nabi menjemput atau menerima perintah Shalat dari ALLAH, kemudian sesudah berjumpa dengan Musa, beliau naik kembali berulang kali menemui ALLAH untuk memohon keringanan. Hal ini menyimpulkan bahwa ALLAH tidak ada di Bumi atau di langit tempat Nabi Musa itu berada.

Sungguh keadaan demikian sangat bertantangan dengan Firman ALLAH yang banyak tercantum dalam Alquran, terutama Ayat 50/16, dan 7/3, di mana dinyatakan bahwa ALLAH ada di mana saja bersama setiap diri, malah DIA lebih dekat kepada seseorang daripada urat leher orang itu sendiri.

Sebab itu, nyata sekali keterangan tadi batal atau sengaja dimasukkan ke dalam masyarakat Islam oleh penganut agama lain dalam hal cerita-cerita israiliyyat. Wallahu a'lam.
READ MORE - Kenyataan Isra' Mi'raj dengan Cerita Israiliyyat