marquee

Selamat Datang di Blog Kami

welcome

Berbagi itu Indah dan Senyum itu Sedekah

Senin, 29 Juli 2013

Kenali dan waspadai tokoh-tokoh Syi'ah Indonesia ini, dari penyanyi hingga anggota MUI Pusat

 (Arrahmah.com) – Beberapa saudara muslim sudah ada yang mengenali dan mewaspadai beberapa tokoh syi’ah berikut ini. Namun mayoritas muslim belum, lantaran  ada pengaburan dan tipu-tipu yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ini. Mereka para tokoh syi’ah adalah orang-orang yang tampil di permukaan.
Kenali dan waspadai tokoh-tokoh Syi'ah Indonesia ini, dari penyanyi hingga anggota MUI Pusat
Menurut ustadz Farid Ahmad Okbah MA, Direktur Pesantren Al-Islam: “Mereka yang ada di organisasi-organisasi syi’ah seperti ABI, IJABI dan lain-lain tidak melakukan taqiyah (berdusta untuk menyembunyikan keyakinan syi’ahnya).” Demikian ungkap ustadz kepada arrahmah.com beberapa waktu lalu. Mereka syiah tulen.

Saat ini mereka semakin berani dengan mulutnya mengatakan dirinya syi’ah, demikian pula dalam bentuk dukungan fisik material dan mental spiritual terhadap pengikutnya. Seperti terekam dalam kehadiran tokoh-tokoh ini di tempat pengungsi syi’ah Sampang, Madura, sebagai bentuk dukungan terhadap mereka. Berikut ini adalah tokoh-tokoh tersebut:
1. Jalaludin Rahmat
jalaluddin2brakhmat

Seorang yang pada tahun akhir 1980-an dikenal sebagai pakar komunikasi. Sampai saat ini dia adalah pengajar di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Dia disebut-sebut sebagai tokoh sentral syi’ah Indonesia. Ternyata ini bukan isapan jempol bila dilihat dari kiprahnya dan dan sepak terjangnya pada organisasi syi’ah di Indonesia.

Pendiri dan pimpinan SMA Muthahhari, Bandung ini juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir. Jalaludin Rahmat kini menjabat sebagi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang.

Selain itu ia mendirikan Pusat Kajian Tasawuf (PKT): Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced Studies (ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT Misykat di Bandung. Semua lembaga-lembaga tersebut adalah organisasi syi’ah. Bisa dilihat pada buku Fakta dan Data Perkembangan Syi’ah di Indonesia September 2012, karya ustadz Farid Ahmad Okbah MA.

Adapun pernyataan Kang Jalal, begitu dia biasa dipanggil yang mendukung syi’ah yakni pada 29 Agustus 2012 lalu, dia mengancam untuk menumpahkan darah Ahlus Sunnah di Nusantara atas bentrokan Sampang Madura. “Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar Jalaluddin
2. Dina Y. Sulaeman
Dina Y Sulaeman
Dina Y SulaemanPerempuan yang lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima summer session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjdjaran tahun 1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang.

Tahun 1999 meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology, Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.

Dina penulis yang produktif, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa dia adalah seorang syiah sejati. Berikut ini sejumlah buku yang telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine, Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera, Prahara Suriah dan Journey to Iran.

Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah yang dimuat di media massa dan berbagai website. Otong Sualeman suami Dina, juga syiah,  dia adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah, terbitan grup Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio Iran Indonesia) selama tujuh tahun di Iran.
3. Haidar Bagir
haidar-bagir (1)
haidar-bagir (1)Haidar Bagir bersama Jalaluddin Rakhmat, mendirikan Yayasan Muthahhari, yang mengelola SMA (Plus) Muthahhari di Bandung dan Jakarta.

Haidar Bagir merupakan pendiri perusahaan Penerbit Mizan. Oleh karena itu, perlu diwaspadai buku-buku terbitan Mizan tentang persoalan Syiah dan Ahlus Sunnah. Demikian juga ia pernah bekerja di surat kabar Republika, sehingga sampai sekarang pengaruhnya terhadap pemberitaan Syi’ah masih menyudutkan Ahlus Sunnah, membela Iran dan sekutu-sekutu Syi’ahnya, dan melakukan taqiyah dalam pemberitaannya.

Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957 ini adalah alumnus Teknologi Industri ITB 1982 dan mengenyam pendidikan pasca sarjana di Pusat Studi Timur Tengah Harvard University, AS 1990-1992, dan S-3 Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000 – 2001) di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS. Sejak awal 2003, dia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Yayasan Madina Ilmu yang mengelola Sekolah Tinggi Madina Ilmu yang berlokasi di Depok.

Di antara pengalaman pekerjaan lainnya, menjadi direktur utama GUIDE (Gudwah Islamic Digital Edutainment) Jakarta, ketua Pusat Kajian Tasawuf Positif IIMaN, Ketua Badan Pendiri YASMIN (Yayasan Imdad Mustadh’afin), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Madina Ilmu (1998), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (1996), dan staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Paramadina Mulya, Jakarta (1997).
4. DR. Khalid Al Walid, MA
dr-khalid-al-walid
dr-khalid-al-walidKetua Majelis Ulama Indonesia Pusat KH. Cholil Ridwan, menjelaskan bahwa organisasinya melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang tokoh Syiah dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh tersebut datang ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat Syiah dari MUI Jatim.

Pengurus MUI yang terindikasi sebagai penganut Syiah adalah DR. Khalid Al-Walid. Ia adalah alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, yang judul desertasinya di UIN Syarif Hidayatullah adalah “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”.

Saat disertasinya diuji oleh tim penguji dari UIN Syarif Hidayatullah, Prof. DR. Azyumardi Azra pada Tahun 2008 lalu. Tiba di bagian akhir acara, Azyumardi bertanya, “Apakah Anda penganut mazhab Syi’ah? Jangan salah duga”. Tanyanya.

“Saya akan bangga bila UIN berhasil meluluskan seorang doktor Syiah, karena menjadi bukti nyata bahwa lembaga ini menjunjung tinggi pluralisme dan toleransi antar mazhab Islam,” lanjut Direktur Pascasarjana UIN tersebut.

Khalid Al Walid saat itu menjawab, “Eh… Saya sama dengan Pak Haidar,” jawabnya berdiplomasi seraya menunjuk DR. Haidar Bagir yang duduk di samping Prof. DR. Mulyadhi Kartanegara yang menjadi pembimbing disertasi Khalid Al Walid. Sebagaimana diketahui, Haidar Bagir adalah tokoh Syiah di Indonesia dan selalu membela berbagai kepentingan Syiah.

Selain itu, DR Khalid Al Walid juga menjabat sebagi dewan syuro Ahlul Bait Indonesia (ABI), ormas lokomotif  kelompok syiah di Indonesia.

Dalam daftar pengurus MUI yang tercantum dalam situs resminya, tercantum nama Dr. H. Khalid al-Walid, M.Ag yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.
5. Muhsin Labib
Muhsin Labib
Muhsin LabibLabib adalah Dosen Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah yang merupakan lulusan Muhsin Qum Iran. Ia menulis banyak buku tentang Syiah dan menjadi pembela Syi’ah Imamiyah di berbagai kesempatan.

Di antara buku-bukunya adalah Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath, Husain Sang Ksatria Langit, Kamus Shalat, Gelegar Gaza, Primbon Islam, Goodbye Bush,dan lainnya.

Muhsin Labib pernah mengatakan, “Orang yang anti Syiah adalah orang yang esktrimis dan menjadi ancaman bagi negara Republik Indonesia.”
6. Penyanyi Haddad Alwi
haddad-alwi1
Dia  adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoybah, diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib secara berlebihan.

Hadad Alwi turut mengunjungi korban konflik sosial syiah di Sampang Madura 29 September 2012. Dia memberi motifasi dan dukungan kepada para pengungsi syiah.
haddad-alwi1

Sementara, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, tidak mudah diidentifikasi oleh orang awam kebanyakan, sehingga orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu menyebut Al-Quran dan sebagainya. Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar): Ya ‘Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib. Artinya: “Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat).
READ MORE - Kenali dan waspadai tokoh-tokoh Syi'ah Indonesia ini, dari penyanyi hingga anggota MUI Pusat

Inilah 15 ciri pengikut Syi'ah di Indonesia

(Arrahmah.com) - Indonesia tengah menjadi target Syi’ahisasi besar-besaran. Hingga kini banyak pengikutnya berada di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

Inilah 15 ciri pengikut Syi'ah di Indonesia

Jum'at, 12 Ramadhan 1434 H / 19 Juli 2013 22:19
Inilah 15 ciri pengikut Syi'ah di Indonesia
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/inilah-15-ciri-pengikut-syiah-di-indonesia.html#sthash.cRWHuKZP.dpuf

Inilah 15 ciri pengikut Syi'ah di Indonesia

Jum'at, 12 Ramadhan 1434 H / 19 Juli 2013 22:19
Inilah 15 ciri pengikut Syi'ah di Indonesia
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/inilah-15-ciri-pengikut-syiah-di-indonesia.html#sthash.cRWHuKZP.dpuf
Inilah 15 ciri pengikut Syi'ah di Indonesia
Jumlah penganut Syiah di Indonesia Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat, pernah mengatakan kisaran jumlah penganut Syiah di Indonesia , “Perkiraan tertinggi, 5 juta orang. Tapi, menurut saya, sekitar 2,5 jiwa,” kata Kang Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat. Pemeluk Syiah, kata Kang Jalal melanjutkan, sebagian besar ada di Bandung, Makassar, dan Jakarta. Selain itu, ada juga kelompok Syiah di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan Semarang; Garut; Bondowoso, Pasuruan, dan Madura.
jalaludin nggak rahmat
Diperkirakan, kebanyakan dari mereka sedang melakukan taqiyah dalam rangka melindungi diri dari kelompok Sunni. Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada di dalam batinnya tidaklah sama. Memang taqiyah juga dikenal di kalangan Ahlus Sunnah. Hanya saja menurut Ahlus Sunnah, taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari musuh-musuh Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi yang sangat membahayakan orang Islam.
jalaludin nggak rahmat

Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Jalaluddin Rakhmat.

Sementara itu menurut Syi’ah bahwa Taqiyah wajib dilakukan. Jadi taqiyah adalah salah satu prinsip agama mereka. Taqiyah dilakukan kepada orang selain Syi’ah, seperti ungkapan bahwa Al Quran Syi’ah adalah sama dengan Al Quran Ahlus Sunnah. Padahal ungkapan ini hanyalah kepura-puraan mereka. Mereka juga bertaqiyah dengan pura-pura mengakui pemerintahan Islam selain Syi’ah.

Menurut Ali Muhammad Ash Shalabi, taqiyah dalam Syiah ada empat unsur pokok ajaran; Pertama, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya.  Kedua, taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah. Ketiga, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan. Keempat, digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan

Menurut Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah Islam Internasional Qiblati, ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:

    Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.

    Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jum’at bersama jama’ah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empat raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.

    Pengikut Syi’ah juga tidak  akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.

    Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.

    Mayoritas pengikut Syi’ah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala – redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak didekat orang lain.

    Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.

    Anda tidak akan mendapatkan penganut Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.

    Anda juga akan melihat penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum.

    Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum.

    Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa setelah Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah)

    Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.

    Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.

    Orang Syi’ah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.

    Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syi’ah. Oleh sebab itu Anda akan dapati;

    Orang-orang Syi’ah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan agama Syi’ah.

Ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.

Akhirnya, dengan hati yang terang Ahlus Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan, jika Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para ibunda kaum Musliminradhiyallahu anhunn yang dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon hidayah kepada Allah untuk kita dan mereka semua.

Wallahu a’lam.

(fimadani.com/arrahmah.com)

READ MORE - Inilah 15 ciri pengikut Syi'ah di Indonesia

Iran adalah Mayoritas Syiah, Bagaimanakah Islam Sunni di Iran?

Penduduk Iran terdiri dari banyak etnis dan golongan mulai dari Kristen, Yahudi, Zoroastrian, Baha’is, Sunni, dan Syiah sebagai golongan penguasa. Namun, di antara golongan-golongan tersebut, kaum Sunni lah yang paling banyak ditindas oleh pemerintah Iran, dikarenakan perbedaan masalah aqidah antara Syiah dan Sunni.
Penghinaan Iran Terhadap Kaum Sunni
Dalam kekuasaan Iran, tak pernah ada ceritanya, orang Sunni duduk dalam kursi pemerintahan. Baik itu untuk menterinya ataupun sekadar calon presiden belaka. Ini terjadi sejak Revolusi Iran yang mengintegrasikan golongan Sunni ke dalam kaum minoritas. Dalam konstitusi Iran, sudah disepakai, presiden Iran haruslah seorang penganut Syiah. Syiah, tak pelak, telah membuat kaum Sunni menjadi sangat inferior.
Penghinaan kaum Syiah terhadap jamaah Sunni bisa dilihat jelas pada ritual Syiah setiap pekannya, misalnya saja dalam acara doa bersama yang memang kerap dilaksanakan berbarengan. Di Iran, kaum Sunni mencapai 20% dari populasi penduduk Iran yang berjumlah 70 juta orang.
Sunni Iran mengalami penekanan yang sistematik selama bertahun-tahun. Pemimpin mereka, seperti Ahmed Mufti Zadeh dan Syeikh Ali Dahwary, dipenjarakan kemudian dibunuh. Pemerintah Iran juga menghancurkan masjid-masjid kaum Sunni, dan melarang adanya pendirian masjid Sunni lainnya sekarang ini. Bandingkan dengan Sinagog Yahudi yang banyak bertebaran di seantero Iran. Bahkan, azdan oleh kaum Sunni pun dilarang oleh pemerintah Iran.
Pengaruh Kaum Sunni Dalam Pemilu
Ada dua faktor yang mendasari analisis terhadap kaum Sunni Iran dalam pemilu. Pertama, kesatuan para pemilih Sunni dibawah pemimpin dan ulama Sunni. Kedua, tekanan internasional yang terus dialamatkan kepada Iran.

Sudah diketahui secara umum, jika bertahun-tahun sudah, kaum Sunni di Iran memilih menjadi golongan putih alias abstain setiap kali pemilu Iran dilaksanakan. Namun tahun 1997, para pemilih Sunni tiba-tiba saja muncul ke permukaan mendukung Khatami, dan menjadi fenomena tersendiri ketika itu.
Di zaman Khatami, yang beraliran liberal cukup dominan, kaum Sunni mulai dapat bersikap lega. Mereka membentuk kekuatan sendiri, dan baru zaman Khatami ini mereka mempunyai radio dan surat kabar sendiri. Kaum Sunni juga mulai bisa menyekolahkan anak-anaknya di universitas-universitas Iran. Tahun 2005, dalam pemilu Iran, Mustafa Moein-yang bertarung dengan Hashemi Rafsanjani, Mehdi Karroubi, dan Ahmadinejad-berjanji akan menempatkan seorang menteri dari kaum Sunni dalam pemerintahnnya.
Namun, seperti yang sudah terjadi, yang terpilih adalah Ahmadinejad, seorang presiden Syiah yang digambarkan sangat sederhana, namun ternyata sangat menekan kaum Sunni. Ahmadinejad juga sering kali mendapat sambutan luar biasa dari dunia internasional karena keberaniannya dalam menentang AS dan Israel, namun anehnya, sampai saat ini, Iran-yang tak lebih besar daripada Iraq yang sudah digempur habis-habisan oleh AS dan sekutu, masih baik-baik saja. Dalam artian, AS tidak pernah melakukan suatu tindakan yang nyata terhadap Iran.
Perkembangan Kaum Sunni
Kaum Sunni Iran hidup di pinggiran dan perbatasan. Sementara kaum Syiah, Kristen dan Yahudi menghuni kawasan kota-kota besar di Iran. Karroubi-sebelum pemilu-berjanji akan merevisi semua konstitusi Iran yang telah bertahun-tahun dilaksanakan, di antaranya adalah dengan melindungi kaum Sunni. Menurut Karoubi, kaum Sunni di Iran tak lebih berharga daripada orang asing di negara itu sendiri. Mousavi-jika terpilih-akan kembali membangun masjid pertama untuk kaum Sunni. Asal tahu saja, kaum Sunni Iran sekarang ini, jika melakukan shalat Jumat, harus di kedutaan besar asing!

Kemarahan kaum Sunni Iran terhadap Ahmadinejad dan pemerintahnya tak lepas dari kebijakan Iran sendiri selama ini. Selain itu juga karena perbedaan aqidah yang sangat besar, yaitu kaum Syiah tak mengakui keberadaan sahabat Rasul (kecuali Ali). Kaum Syiah menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama daripada seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. Sesuatu yang oleh Ali bin Abu Thalib sendiri pernah disanggahnya semasa beliau hidup.
Pencetus pertama paham Syi’ah ini adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman (Shan’a) yang bernama Abdullah bin Saba’ Al-Himyari, yang menampakkan keislaman di masa kekhalifahan ‘Utsman bin Affan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Asal Ar-Rafdh ini dari munafiqin dan zanadiqah (orang-orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran). Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba’ Az-Zindiq. Ia tampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan ‘Ali, dengan suatu slogan bahwa ‘Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa,).” (Majmu’ Fatawa, 4/435).
Tak pelak, ajaran Syiah sudah dianggap sebagai ajaran sesat dalam Islam dan ulama-ulama besar internasional pun sudah mengharamkannya. Dan hingga dibawah kekuasaan  Ahmadinejad sekarang ini, tampaknya nasib kaum Sunni di Iran akan tetap terus tertindas dan tertekan. (sa/iol/grb)
READ MORE - Iran adalah Mayoritas Syiah, Bagaimanakah Islam Sunni di Iran?

Rabu, 24 Juli 2013

Hollywood-Isme: Inspiring Name atau Jaringan?

Siapa tak kenal Hollywood? Nyaris seluruh manusia di bumi ini kenal atau sedikitnya pernah mendengar istilah itu. Namun tahukah Anda jika nama Hollywood ternyata menginspirasikan banyak sekali studio-studio besar di banyak negara dunia, yang juga terkait dengan produksi film.
Kita semua tahu bahwa Hollywood yang dikuasai jaringan Yahudi AS itu tidak sekadar bikin film dan mendatangkan uang yang besar. Ada sisi ideologis di balik berdirinya mesin industri hiburan terbesar dan terlengkap di dunia ini. Misinya sederhana: mempromosikan The American Dreaming ke seluruh umat manusia. Apa sebenarnya “The American Dreamin” tersebut? Ini tak lain adalah: Kebebasan, Kebebasan, dan Kebebasan. Liberalisme.
Dalam benak orang banyak, kebebasan yang digaungkan Hollywood tentu positif. Bebas untuk berekspresi, bebas untuk berbicara, bebas untuk berkreasi, bebas untuk berpikir, dan sebagainya. Bukankah ini bagus?
Tapi nanti dulu, kebebasan seperti itu sebenarnya sekadar kedok bagi liberalisme absolut yang menempatkan akal manusia pada kekuasaan mutlak. Tidak ada batas-batas, apalagi agama. Inilah sebenarnya tujuan para pendiri Hollywood, yakni membuat seluruh manusia di bumi ini terseret dalam arus liberalisme sehingga tidak mau lagi tunduk pada yang namanya iman. Yang ada hanyalah pikiran (dan nafsu).
Sudah terlalu banyak kisah nyata bagaimana kemaksiatan terjadi di Hollywood. Tulisan ini tidak akan membahas hal tersebut, namun memaparkan kepada kita semua betapa nama ‘Hollywood’ ternyata menginspirasikan banyak negara untuk mengadaptasi namanya untuk studio-studio film mereka.
Tapi nanti dulu, siapa tahu, ya siapa tahu, kenyataan ini ternyata bukan sekadar “inspiring name” tetapi yang terjadi sebenarnya merupakan jaringan (Hollywod network) yang memuat visi dan misi yang sama dengan induknya. Siapa tahu?
Inilah daftar sejumlah studio-studio di berbagai negara yang namanya diambil dari nama ‘Hollywood’:
  • Bollywood (Mumbai, India).
  • Chollywood (Peruvian)
  • Dhaliwood (Dhaka, Bangladesh).
  • Dollywood (Taman Hiburan di Tennesse, AS)
  • Etyekwood (nama lain Korda Studios di Budapest, Hongaria)
  • Hollyhammar (Swedia)
  • Hollywood North (Vancouver, Toronto, di Canada)
  • Kollywood (Chennai, Tamil Nadu, Selatan India).
  • Lollywood (Lahore, Pakistan).
  • Mollywood (Industri Film Malayalam India).
  • Mollywood (Industri Film Mormon).
  • Nollywood (Nigeria).
  • Pollywood (Peshawar, Pakistan).
  • Sollywood (Industri Film Sindhi).
  • Tollywood (Andhra Pradesh).
  • Tollywood (Bengali Barat, India).
  • Trollywood (Trollhättan Municipality, Swedia).
  • Valleywood (Wales).
  • Wellywood (Wellington, New Zealand).
Tentang Hollywood dan Jaringan Yahudi AS yang berkuasa di dalamnya, tentang sejarah dan agenda terselubungnya, tentang pengaruh global Hollywoodisme terhadap budaya dunia–termasuk di Indonesia, akan dibahas dalam majalah eramuslim digest edisi 3 yang insya Allah akan terbit awal Oktober 2007.
READ MORE - Hollywood-Isme: Inspiring Name atau Jaringan?

Senin, 22 Juli 2013

Yahudi Budidayakan Pohon Ghorqod

POHON GHORQOD
Mereka sekarang ini berlomba-lomba menanamnya di berbagai tempat dari negeri jajahan di Palestina. Itu semua tidak dilakukan, kecuali karena mereka tahu dan yakin dengan apa yang dikabarkan oleh Nabi kita Muhammad saw.
Kita semua mengetahui bahwa Yahudi akan bersembunyi di belakang batu dan pohon, dan batu serta pohon-pohon akan mengatakan, “Wahai hamba ALLAH, wahai muslim, ini ada Yahudi sedang bersembunyi di belakangku, kemari dan bunuhlah dia!” Kecuali pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi. Akan tetapi sedikit dari kita yang tahu bentuk dan rupa pohon yang satu ini.
TEMPAT-TEMPAT PENANAMAN POHON YAHUDI DI WILAYAH PALESTINA
1. Hutan laut tengah dan hutan semak belukar (2209 spesies).
2. Semi padang rumput dan hutan semak belukar (1434 spesies).
3. Semak belukar yang berumput (1062 spesies).
4. Padang pasir dan padang pasir yang ganas (1058 spesies).
5. Tumbuh-tumbuhan hijau di Gunung Hermon (991 spesies).
Al-’Ausaj atau Ghorqod, si pohon Yahudi.
Nama Latin : Lycium shawii roem, nama lainnya Lycium arabicum schwiein fex, dan Boiss lycium persicum miers.
Nama pohon yang dikenal: Ausaj, Ghorqod, Sahnun, dan pohon Yahudi. dinamakan demikian (Ghorqod), karena sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang mulia, Rasulullaah saw bersabda tentang peperangan majdaliun (Armageddon), bahwa Yahudi akan bersembunyi di balik pohon apa saja, dan pohon-pohon tersebut akan menyingkap keberadaan mereka dengan mengatakan, “Ada Yahudi sedang bersembunyi di belakangku, kemari dan bunuhlah dia!” Kecuali pohon Ghorqod, ia tidak mau menunjukkan kalau ada Yahudi di balik mereka. Wallaahu a’lam.
Nama rumpun tumbuhan : Solanaceae (rumpun terong-terongan).
SIFAT POHON GHORQOD
Pohon yang berduri keras dan durinya beracun, tingginya biasanya mencapai 1-2 meter, tetapi saya dengan mata kepala sendiri melihat sebagian pohon ini di Bukit Saina’, tingginya mencapai 5 meter.
Akarnya mengeluarkan duri dan zaghab (bulu), khususnya pada bagian ujung. Daunnya berbentuk seperti sendok kecil, berwarna hijau segar, biasanya sekumpulan 3 daun dilengkapi dengan duri-duri di sampingnya. Sedangkan bunganya berwarna putih kebiru-biruan, dan buahnya berwarna merah seukuran dengan biji buah himsh, kurang lebih seperti itu.
Masa bunga dan buah : pada musim semi dan musim panas.
Manfaat medis : untuk mengobati penyakit tidak bisa buang air, dan buahnya bermanfaat untuk mengobati penyakit usus besar (anat), dan untuk mengobati penyakit kuning.
Pohon ini selalu berdaun di sepanjang musim, sedangkan pertumbuhannya mengalami pembaharuan pada interval antara bulan Maret-April, bunganya berbentuk buqiyyah (seperti terompet), dengan warna merah lembayung (violet) cerah, atau putih dengan lima daun, buahnya bulat dengan warna oranye atau merah, lebih kecil daripada biji himsh (dalam bhs Inggris: chick-pea), buahnya bisa dimakan, tetapi rasanya asam seperti tomat. Seekor unta jika sakit akan mencari dan mendatangi pohon ini untuk dimakan.
Pada musim semi, pohon ini dipenuhi oleh burung, dan burung pemangsa kecil seperti shuradmenggunakannya untuk menyimpan mangsa di duri-durinya.
Pohon yang hidup untuk waktu yang lama, tingginya kira-kira 2 meter, daun-daunnya seperti lingkaran, diselingi oleh duri-duri tajam, bunganya putih pucat dengan ukuran kecil, buahnya merah dan kecil seperti tomat. Disebut dengan al-Misha’, ia adalah makanan kesukaan burunghubara (jenis burung berbadan besar dan berkaki panjang).
Dialah pohon Yahudi yang sekarang ini Bangsa Yahudi beramai-ramai menanamnya, karena disebutkan kelak di akhir zaman, batu dan pepohonan bisa berbicara, mereka mengatakan, “Wahai muslim, ini ada Yahudi sedang bersembunyi di belakangku, kemari dan bunuhlah dia!” kecuali pohon Ghorqod, wallaahu a’lam.
Pohon ini tumbuh di tanah yang keras dan rapat, serta berbatu.
READ MORE - Yahudi Budidayakan Pohon Ghorqod

Minggu, 21 Juli 2013

Ancaman bagi Orang yang Enggan Berinfaq


READ MORE - Ancaman bagi Orang yang Enggan Berinfaq

Minggu, 14 Juli 2013

“Lawrence Of Arabia” di Balik Berdirinya Kerajaan Saudi

Menurut logika yang sehat, seharusnyalah Kerajaan Saudi Arabia menjadi pemimpin bagi Dunia Islam dalam segala hal yang menyangkut keIslaman. Pemimpin dalam menyebarkan dakwah Islam, sekaligus pemimpin Dunia Islam dalam menghadapi serangan kaum kuffar yang terus-menerus melakukan serangan terhadap agama Allah SWT ini dalam berbagai bentuk, baik dalam hal Al-Ghawz Al-Fikri(serangan pemikiran dan kebudayaan) maupun serangan Qital.

Seharusnyalah Saudi Arabia menjadi pelindung bagi Muslim Palestina, Muslim Afghanistan, Muslim Irak, Muslim Pattani, Muslim Rohingya, Muslim Bosnia, Muslim Azebaijan, dan kaum Muslimin di seluruh dunia. Tapi yang terjadi dalam realitas sesungguhnya, mungkin masih jadi pertanyaan banyak pihak. Karena harapan itu masih jauh dari kenyataan.
Craig Unger, mantan deputi director New York Observer di dalam karyanya yang sangat berani berjudul“Dinasti Bush Dinasti Saud” (2004) memaparkan kelakuan beberapa oknum di dalam tubuh kerajaan negeri itu, bahkan di antaranya termasuk para pangeran dari keluarga kerajaan.
“Pangeran Bandar yang dikenal sebagai ‘Saudi Gatsby’ dengan ciri khas janggut dan jas rapih, adalah anggota kerajaan Dinasti Saudi yang bergaya hidup Barat, berada di kalangan jetset, dan belajar di Barat. Bandar selalu mengadakan jamuan makan mewah di rumahnya yang megah di seluruh dunia. Kapan pun ia bisa pergi dengan aman dari Arab Saudi dan dengan entengnya melabrak batas-batas aturan seorang Muslim. Ia biasa minum Brandy dan menghisap cerutu Cohiba, ” tulis Unger.
Bandar, tambah Unger, merupakan contoh perilaku dan gaya hidup sejumlah syaikh yang berada di lingkungan kerajaan Arab Saudi. “Dalam hal gaya hidup Baratnya, ia bisa mengalahkan orang Barat paling fundamentalis sekali pun. ”
Bandar adalah putera dari Pangeran Sultan, Menteri Pertahanan Saudi. Dia juga kemenakan dari Raja Fahd dan orang kedua yang berhak mewarisi mahkota kerajaan, sekaligus cucu dari (alm) King Abdul Aziz, pendiri Kerajaan Saudi modern.
Bukan hanya Pangeran Bandar yang begitu, beberapa kebijakan dan sikap kerajaan terkadang juga agak membingungkan. Siapa pun tak kan bisa menyangkal bahwa Kerajaan Saudi amat dekat—jika tidak bisa dikatakan sekutu terdekat—Amerika Serikat. Di mulut, para syaikh-syaikh itu biasa mencaci maki Zionis-Israel dan Amerika, tetapi mata dunia melihat banyak di antara mereka yang berkawan akrab dan bersekutu dengannya.
Barangkali kenyataan inilah yang bisa menjawab mengapa Kerajaan Saudi menyerahkan penjagaan keamanan bagi negerinya—termasuk Makkah dan Madinah—kepada tentara Zionis Amerika.
Bahkan dikabarkan bahwa Saudi pula yang mengontak Vinnel Corporation di tahun 1970-an untuk melatih tentaranya, Saudi Arabian National Guard (SANG) dan mengadakan logistik tempur bagi tentaranya. Vinnel merupakan salah satu Privat Military Company (PMC) terbesar di Amerika Serikat yang bisa disamakan dengan perusahaan penyedia tentara bayaran.
Ketika umat Islam dunia melihat pasukan Amerika Serikat yang hendak mendirikan pangkalan militer utama AS dalam menghadapi invasi Irak atas Kuwait beberapa tahun lalu, maka hal itu tidak lepas dari kebijakan orang-orang yang berada dalam kerajaan tersebut.
Langkah-langkah mengejutkan yang diambil pihak Kerajaan Saudi tersebut sesungguhnya tidak mengejutkan bagi yang tahu latar belakang berdirinya Kerajaan Saudi Arabia itu sendiri. Tidak perlu susah-sudah mencari tahu tentang hal ini dan tidak perlu membaca buku-buku yang tebal atau bertanya kepada profesor yang sangat pakar.
Pergilah ke tempat penyewaan VCD atau DVD, cari sebuah film yang dirilis tahun 1962 berjudul ‘Lawrence of Arabia’ dan tontonlah. Di dalam film yang banyak mendapatkan penghargaan internasional tersebut, dikisahkan tentang peranan seorang letnan dari pasukan Inggris bernama lengkap Thomas Edward Lawrence, anak buah dari Jenderal Allenby (jenderal ini ketika merebut Yerusalem menginjakkan kakinya di atas makam Salahuddin Al-Ayyubi dan dengan lantang berkata, “Hai Saladin, hari ini telah kubalaskan dendam kaumku dan telah berakhir Perang Salib dengan kemenangan kami!”).
Film ini memang agak kontroversial, ada yang membenarkan namun ada juga yang menampiknya. Namun produser mengaku bahwa film ini diangkat dari kejadian nyata, yang bertutur dengan jujur tentang siapa yang berada di balik berdirinya Kerajaan Saudi Arabia.
Konon kala itu Jazirah Arab merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, sebuah kekhalifahan umat Islam dunia yang wilayahnya sampai ke Aceh. Lalu dengan bantuan Lawrence dan jaringannya, suatu suku atau klan melakukan pemberontakan (bughot) terhadap Kekhalifahan Turki Utsmaniyah dan mendirikan kerajaan yang terpisah, lepas, dari wilayah kekhalifahan Islam itu.
Bahkan di film itu digambarkan bahwa klanSaud dengan bantuan Lawrence mendirikan kerajaan sendiri yang terpisah dari khilfah Turki Utsmani. Sejarahwan Inggris, Martin Gilbert, di dalam tulisannya“Lawrence of Arabia was a Zionist” seperti yang dimuat di Jerusalem Post edisi 22 Februari 2007, menyebut Lawrence sebagai agen Zionisme.
Sejarah pun menyatakan, hancurnya Kekhalifahan Turki Utsmani ini pada tahun 1924 merupakan akibat dari infiltrasi Zionisme setelah Sultan Mahmud II menolak keinginan Theodore Hertzl untuk menyerahkan wilayah Palestina untuk bangsa Zionis-Yahudi. Operasi penghancuran Kekhalifahan Turki Utsmani dilakukan Zionis bersamaan waktunya dengan mendukung pembrontakan Klan Saud terhadap Kekalifahan Utsmaniyah, lewat Lawrence of Arabia.
Entah apa yang terjadi, namun hingga detik ini, Kerajaan Saudi Arabia, walau Makkah al-Mukaramah dan Madinah ada di dalam wilayahnya, tetap menjadi sekutu terdekat Amerika Serikat. Mereka tetap menjadi sahabat yang manis bagi Amerika.
Selain film ‘Lawrence of Arabia’, ada beberapa buku yang bisa menggambarkan hal ini yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Antara lain:
  • Wa’du Kissinger (Belitan Amerika di Tanah Suci, Membongkar Strategi AS Menguasai Timur Tengah, karya DR. Safar Al-Hawali—mantan Dekan Fakultas Akidah Universitas Ummul Quro Makkah, yang dipecat dan ditahan setelah menulis buku ini, yang edisi Indonesianya diterbitkan Jazeera, 2005)
  • Dinasti Bush Dinasti Saud, Hubungan Rahasia Antara Dua Dinasti Terkuat Dunia (Craig Unger, 2004, edisi Indonesianya diterbitkan oleh Diwan, 2006)
  • Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia (George Lenczowski, 1992)
  • History oh the Arabs (Philip K. Hitti, 2006)
Sebab itu, banyak kalangan yang berasumsi bawah berdirinya Kerajaan Saudi Arabia adalah akibat “pemberontakan” terhadap Kekhalifahan Islam Turki Utsmani dan diback-up oleh Lawrence, seorang agen Zionis dan bawahan Jenderal Allenby yang sangat Islamofobia. Mungkin realitas ini juga yang sering dijadikan alasan, mengapa Arab Saudi sampai sekarang kurang perannya sebagai pelindung utama bagi kekuatan Dunia Islam, wallahu a’lam. (Rz)
READ MORE - “Lawrence Of Arabia” di Balik Berdirinya Kerajaan Saudi

label halal atau haramkah sebaiknya?

Pekan lalu, ba’da Maghrib, saya dan sahabat saya berada di rumah seorang pejabat BUMN di selatan Jakarta. Di ruang tamunya yang asri, kami bertiga asyik berdiskusi tentang berbagai masalah terkini, dari kondisi berbagai BUMN di Indonesia yang menyedihkan sampai krisis global yang pasti dampaknya akan berimbas sampai di negeri ini. Tanpa terasa, malam kian larut. Kami pun pamit.

Di dalam kendaraan menuju pulang, berbagai bahan diskusi masih berkecamuk di benak saya. Salah satunya, yang menarik, adalah kesalahan paradigma yang selama ini dianut oleh kita semua. Masih terngiang di telinga saya, sahabat saya berkata, “Selama ini kita banyak yang salah dalam mempersepsikan pikiran. Contohnya adalah soal label halal. Padahal yang seharusnya adalah label haram. Indonesia adalah negeri Muslim terbesar dunia, sudah seharusnya semua makanan atau produk yang ada di negeri ini memenuhi syarat kehalalan. Jadi, yang perlu ditempeli atau dilabeli adalah produk-produk yang haram dengan label haram.”

Saya dan tuan rumah sempat terhenyak. Baru sadar dengan kesalahan persepsi ini. Walau kelihatan sepele namun sangat prinsipil dan sangat penting untuk diubah. Memang, yang seharusnya dikasih label adalah makanan atau produk yang haram, dengan label “Haram”.

Saya ingat, beberapa supermarket besar sudah menerapkan hal ini. Di deretan rak-rak yang menjajakan makanan, ada rak khusus yang dilabeli “Mengandung Babi”. Jadi, dengan sendirinya kita yang Muslim ini mengetahui jika makanan yang ditempatkan di sana adalah haram. Sudah seharusnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan juga BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) menyadari kesalahan persepsi ini. Akuilah dengan ksatria, kita selama ini salah dengan persepsi label halal. Jika kita meributkan perlu tidaknya label halal, maka secara tanpa sadar, kita seolah mengakui jika makanan yang beredar diluaran secara defaultnya adalah haram. Ini berbahaya mengingat kiat ini negeri Muslim terbesar dunia. Lain halnya jika kita negeri kafir.

Sebagai negeri Muslim maka default seluruh produk dan makanan yang beredar di negeri ini haruslah memang memenuhi standar kehalalan. Jika ada produk atau makanan yang diproduksi bukan untuk umat Islam dan mengandung bahan-bahan yang haram bagi umat Islam, maka produk itulah yang harusnya mencantumkan label HARAM. Bukan sebaliknya.

Kesalahan persepsi ini bisa jadi disebabkan kekhilafan pejabat-pejabat kita. Mudah-mudahan, kesalahan persepsi ini bukan disebabkan unsur kesengajaan, karena bisa jadi memproduksi label halal berserta sertifikat untuk label halalnya akan lebih jauh lebih menguntungkan secara materil, ketimbang memproduksi label haram yang jelas jauh lebih sedikit itemnya. Mudah-mudahan pejabat-pejabat terkait dengan hal ini tidak mendahulukan pendekatan “Imanuhum fi Proyekihim”, mendahulukan proyek ketimbang kemashlahatan umat. Amien.

“Rumah sakit pun demikian,” ujar sahabat saya lagi. “Seharusnya rumah sehat.” Kami bertiga tertawa. Saya jelas mentertawakan kedhaifan saya sendiri yang masih saja, setidaknya sampai malam itu, memelihara kejahilan persepsi saya dalam memandang hal-hal seperti itu. Silaturahim memang selalu bermanfaat. Setiap kali bertemu dengan sahabat, kita akan selalu menemukan kebaikan dan mutiara di sana. Terima kasih ya Allah, Engkau telah begitu baik melimpahkan sahabat-sahabat di sekeliling saya yang begitu perduli dengan al-haq dan mau nasihat-menasihati di dalam kebaikan. Alhamdulilah(rd)
READ MORE - label halal atau haramkah sebaiknya?

Ki Hajar Dewantara dan Theosofinya

Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Seorang siswi Sekolah Dasar (SD) mengamati kata-kata itu yang terpampang tegak di depan kantor Kementerian Pendidikan Nasional, Kuningan, Jakarta. Cukup lama ia memandang kalimat besar itu, semakin pusing pula kepala dibuatnya. Ketika otaknya hampir saja buntu, ia lalu menoleh ke guru yang berada disampingnya
“Bu Guru tahu artinya?” ujar sang siswi polos.

Sang guru bagai disambar petir mendengar muridnya bertanya seperti itu. Ia bukan kaget karena anak
sekecil itu sudah bertanya tentang filosofi pendidikan. Ia pun juga bukan kaget karena peserta didiknya memang terkenal kritis kepada hal-hal janggal yang ditemukannya. Tapi ia kaget karena dirinya sendiri juga tidak tahu meski telah 20 tahun menjadi guru.

“E…ee….e… yang ibu tahu kalimat itu sudah dari sananya, nak. Ibu cuma tahunya begitu.” Ujar sang guru sedikit excuse, kalau tidak mau disebut malu.
“Terus buat apa kalimat ini ditempelkan di sini bu, (Kantor Kemendiknas, red)?” kejar siswi sambil memukul papan besar itu.

Suasana menjadi rumit. Ia baru sadar pertanyaan bocah SD lebih sulit ketimbang profesor sekalipun. Keringat dingin sang guru mulai bercucuran. Ia mulai mencabik-cabil tisu yang ada di tangannya. Tiba-tiba saja, pegawai Kemendiknas lewat di depan mereka berdua. Guru anak tadi seperti mendapatkan jalan keluar.

“Pak..pak.. sebentar pak..” ucap sang guru memberhentikannya dan menjelaskan maksud kenapa ia dipanggil.
“Bapak tahu artinya?” langsung saja bocah SD itu bertanya.
Pegawai itu tersenyum melihat bocah berseragam putih merah itu memberhentikannya. Namun, ia baru saja mengucapkan istighfar sambil memegang dada ketika tahu jemari mungil sang anak mengarah ke kalimat besar yang menjadi “sabda” di kantornya. Hasilnya apa? Lelaki itu hanya menelan ludahnya persis ketika maling sandal tengah dipergoki warga.

Apa boleh buat, kedua orang dewasa itu saling pandang dan tersenyum kecut menyadari pekerjaannya bisa saja hilang akibat ulah sang bocah “usil” itu.

Theosofi, Ki Hadjar Dewantara, dan Pendidkan Indonesia
Dialog diatas sejatinya hanyalah representasi bahwa mental pendidikan bangsa ini adalah mental formil. Siapa yang tahu jawaban bocah itu? Saya, anda, atau siapa? Mungkin kita akan sama posisinya dengan guru dan pegawai itu jika pertanyaan bocah tersebut mampir ke saya dan anda yang juga adalah seorang guru.

Sumpah pemuda yang menyatakan bahwa Indonesia berbahasa satu yakni bahasa Indonesia sepertinya tidak terbukti. Sederhananya, kenapa kita masih sering memakai istilah Jawa pada banyak hal, termasuk motto yang sudah menjadi sabda di dalam dunia pendidikan itu.

Ini bukan berarti kita anti terhadap hal berbau Jawa, melainkan dengan hal ini kita bisa mengukur dan bertanya kembali kepada diri kita tentang berbagai motto yang mencekoki anak didik kita dari kecil sampai dewasa, tanpa didudukkan makna dan sejarah dibaliknya.

Kalimat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri adalah kalimat yang dilontarkan Ki Hajar Dewantara yang bermakna “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”. Namun konteks kalimat ini disini tidak jelas dalam konteks apa. Maka ia menjadi netral agama. Padahal dalam konsep pendidikan Islam, ta’dib atau tarbiyah selalu didasari pada tauhid kepada Allahuta’la. Ia tidak bisa netral, objektif, dan tanpa sekat keyakinan agama.

Ki Hajar Dewantara memang terkenal sebagai penganut theosofi. Seperti dikutip dari buku Bambang Dewantara, yang berjudul 100 Tahun Ki Hadjar Dewantara, Ki Hadjar mengatakan bahwa semua agama di dunia sama karena mengajarkan asas kasih sayang kepada semua manusia dan mengajarkan perihal kedudukan manusia yang terhormat di hadapan tuhannya.

Ki Hadjar berkeyakinan bahwa sumber gerak evolusi seluruh alam semesta adalah kasih sayang ilahi. Inilah yang disebut dengan isitlah kodrat alam yang diperhamba dan aspek yang dipertuhan dari setiap benda-benda. Konteks inilah yang sekarang kita kenal dengan faham musyrik modern, yakni pluralisme agama
Ia mendirikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 di Yigyakarta yang sangat berkiblat ke Barat. Ketika menyinggung keberadaan Taman Siswa, Buya Hamka pernah menyatakan, “Taman Siswa adalah gearakan abangan, klenik, dan primbon jawa. Yang menjalankan ritual shalat Daim
Dalam kepercayaan kebatinan, shalat disini tidak seperti shalat umumnya umat Islam, tapi shalat daim dalam “mazhab” Taman Siswa saat itu adalah shalat dalam perspektif kebatinan yakni menjalankan kebaikan terus menerus. Doa iftitah dalam shalat daim pun, terlihat janggal dan aneh.

“Aku berniat shalat daim untuk selama hidupku. Berdirinya adalah hidup. Rukuknya adalah mataku. I’tidalnya adalah kupingku, sujudnya adalah hidungku, bacaan ayatnya adalah mulutku. Duduk adalah tetapnya imanku, tahiyat adalah kuatnya tauhidku, salamnya adalah makrifatnya. Islamku adalah kiblatnya, kiblatnya adalah menghadap fikiranku”

Niels Mulders, dalam karyanya Mistisme Jawa seperti dikutip Artawijaya dalam bukunya “Gerakan Theosofi”, juga menyatakan bahwa Ki Hadjar Dewantara adalah seorang theosofi yang mengamalkan kebatinan. Ia lebih mementingkan “Hakikat” daripada “Syariat”.

Dalam kepercayaan Kejawen tahap hakikat adalah perjumpaan dengan kebenaran. Orang yang mengamalkan hakikat tidak lagi beribadah dengan berpatokan pada aturan syariat, tetapi menjalankan ibadah dengan perilaku kebaikan sepanjang hari.

Kata berperilaku baik disitu adalah tanda kutip bagi kita? Berperilaku baik seperti apa? Tidak lain dalam konteks theosofi bahwa orang yang berperilaku baik tidak mesti beragama. Lebih baik jadi menjadi orang humanis, daripada relijius tapi jahat. Karena kebenaran yang tertinggi adalah kebenaran itu sendiri. Seperti sebuah harian cetak di Indonesia: Kebenaran tidak pernah memihak!

Pertanyaannya sebetulnya sederhana, kenapa kita yang katanya bermayoritas muslim, tidak memaki moto pendidikan yang jelas saja seperti: Iman, Ilmu dan Amal. Atau Tauhid, Ilmu, dan Jihad. Islam mengajarkan makna yang jelas dan terukur. Karena itu, konsep menjadi orang baik dalam Islam tidak pernah dilepaskan dari sudut pandangan agama.
Kalau sudah begitu, hal ini lebih cocok dan dekat dengan ketakwaan daripada motto yang jelas-jelas didirikan oleh penganut theosofi dan kita sendiri tidak mengerti apa maknanya: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. “Apa pak Menteri juga tahu artinya?” Mungkin begitu kata bocah kecil tadi ketika sampai di kantor Mendiknas. (pz)
READ MORE - Ki Hajar Dewantara dan Theosofinya

Sabtu, 13 Juli 2013

Ngupil, batalkah puasa?

Banyak di antara kaum muslimin dan muslimah yang sedang berpuasa ragu tentang ngupil hidung dan telinga apakah bisa membatalkan puasa atau hanya sekedar merusak puasa orang tersebut ?


Berikut kami kutipkan penjelasan syaikh Zainuddin al-Malyabari dalam karyanya (Fathul Mu'in) tentang hal ini:

[1]. Ukuran "Ngupil" hidung yang tidak membatalkan.

Beliau menyatakan:

ولا يفطر بوصول شيء إلى باطن قصبة أنف حتى يجاوز منتهى الخيشوم وهو أقصى الأنف
tidaklah batal puasa jika ngupil sampai ke bagian dalam batang hidung

Pernyataan beliau ini diulas lagi oleh as-Sayyid al-Bakry Syatha:

قوله : ( ولا يفطر بوصول شيء إلى باطن قصبة أنف ) أي لأنها من الظاهر، وذلك لأن القصبة من الخيشوم ، والخيشوم جميعه من الظاهر

Nah, teks ini menjelaskan bahwa batasan "ngupil" hidung yang membatalkan itu adalah jika benda (jari, dll) yang dimasukkan ke dalam hidung itu sudah melewati "khaisyum" (bagian belakang rongga hidung) yang merupakan salah satu "makhraj" huruf Arab ketika terjadi Ghunnah.

[2]. Ukuran "Ngupil" telinga yang membatalkan.

Beliau menyatakan:

ويفطر بدخول عين وإن قلت إلى ما يسمى جوفاً أي جوف من مرّ كباطن أذن

al-Khathib al-Syarbiny juga mengulas:

والتقطير في باطن الأذن وإن لم يصل إلى الدماغ .... مفطر في الأصح

Dari teks ini dipahami bahwa selagi benda yang dipakai untuk "ngupil" telinga itu belum mencapai bagian "bathin" (dalam) telinga, maka puasa tetap sah dan belum batal. Dan ukuran bagian "Bathin" telinga itu adalah bagian telinga yang sudah tidak bisa dilihat lagi. Artinya, bagian telinga yang masih bisa dilihat dari luar, maka itu adalah bagian "Dzahir" (luar) telinga yang tidak mempengaruhi keabsahan puasa.

semoga kita bisa menjaga puasa kita baik dari hal-hal yang mungkin kecil kita anggap sementara ada kajiannya oleh islam dan ulama. karena hakikat puasa di bulan Ramadhan ini takwa yaitu keberhatian kita dalam melaksanakannya yang tidak hanya bersifat rutinitas dan  formalitas ibadah saja. Dengan pemahaman yang luas terhadap fiqh puasa tentu seseorang akan berpuasa lebih optimal. Bukankah Allah SWT lebih memuliakan orang yang beribadah dengan pemahaman daripada orang yang beribadah sekedar melaksanakan tugas dan kewajiban saja.

Wallahua'lam
READ MORE - Ngupil, batalkah puasa?

Jumat, 12 Juli 2013

Pembagian Jam Mengajar SMA Islam Hang Tuah TP. 2013/2014

NOMATA PELAJARANKELAS DAN JUMLAH JAM    GURU
  XXI IPAXI IPSXII IPAXII IPS 
1PAI 2 2 ROBI
  2    NAZIR
2PKN22 2 TUTI
3B. INDONESIA24 4 YUSNANI
4B.INGGRIS44 4 ROBI
    4  YANTI
      4SRI LONGGOM
5MTK 55  NIKI
  5  55HANDRA
6FISIKA44   LIZA
7KIMIA24   TINA
     5 DESI
8BIOLOGI24 4 LENDRI
10SEJARAH22222ARDIANSYAH
11GEOGRAFI  4 4ARDIANSYAH
  2    JEFRI
12SOSIOLOGI2 5 5NAZIR
13EKONOMI  4 4MURSAL
  2    EKONOM X?
14PENJASKES22 2 RIAN
15SBD22 2 SRI LONGGOM
16TIK22 2 LENI
17B. ARAB22 2 ROBI
READ MORE - Pembagian Jam Mengajar SMA Islam Hang Tuah TP. 2013/2014

Minggu, 07 Juli 2013

Belajarlah Dari Jamaah Ikhwanul Muslimin Mesir

Jamaah Ikwanul Muslimin Mesir menghadapi hari-hari paling bersejarah. Gerakan yang didirikan oleh Hasan al-Banna tahun 1928 itu, bukan hanya sekarang bertarung melawan kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis. Tetapi sudah sejak Jamaah Ikhwanul Muslimin lahir, sudah harus berhadapan dengan segala kekuatan anti Islam di Mesir.
Gerakan Ikhwan di Mesir itu, sudah kenyang menghadapi berbagai makar yang keji dan pengkhianatan dari kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis. Sejak zamannya Raja Farouk, Jenderal Mohamad Najib, Jenderal Gamal Abdul Nasser, Marsekal Anwar Sadat, sampai terakhir dengan Marsekal Hosni Mubarak dan Marsekal Ahmed Safiq.
Gerakan yang digagas oleh Hasan al-Banna itu, bukan hanya menghadapi penguasa-penguasa zalim Mesir, dan  hakekatnya menjadi boneka "puppet" dari rezim Zionis Israel, juga Amerika Serikat, Eropa, dan Soviet. Tetapi, berulang kali Jamaah Ikhwanul Muslimin, harus pula menghadapi partai-partai sekuler, liberal, dan nasionalis. Seperti Partai Wafd, Partai Nasseris, Partai Sosialis Mesir, dan Partai Komunis Mesir, yang menjadi pendukung rezim-rezim zalim di Mesir.
Sekarang Jamaah Ikhwanul Muslimin harus bertarung melawan kekuatan-kekuatan partai politik sekuler, liberal, dan nasionalis yang dipimpin oleh Mohamad el-Baradei, yang tak lain merupakan "puppet" dari Amerika Serikat dan Zionis-Israel. Mereka membuat gerakan jalanan dan menghancurkan secara brutal terhadap semua yang menjadi simbol Jamaah Ikhwanul Muslimin seperti Kantor Maktabul Irsyad di Cairo, dibakar dan dihancurkan.
Mereka meneriakkan demokrasi, tetapi mereka tidak siap menerima kekalahan, dan tidak mau menerima kekuatan Islam berkuasa, dan mengelola negara secara terbuka. Mereka menggunakan isu ekonomi, dan ingin menjatuhkan Presiden Mohamad Mursi dengan isu ekonomi.
Padahal, Mohamad Mursi baru berkuasa satu tahun. Semantara itu, cadangan devisa negara habis dikuras, saat rezim militer di bawah Hosni Mubarak dan Ahmad Safiq berkuasa. Sebelumnya devisa Mesir sebesar $ 38 miliar dollar, kemudian saat Mursi memegang kekuasaan, hanya tinggal $ 13 miliar dollar!
Faktanya, Presiden Mursi yang merupakan presiden pertama hasil melalui proses demokrasi, dan pemilihan umum, kemudian memenangkan pemilihan, tetapi sekarang ingin dijatuhkan oleh kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis,  yang membentuk "Front Nasional" yang dipimpin Mohamad el-Baradei.
Langkah yang dilakukan oleh Mursi dan Jamaah Ikhwanul Muslimin sangat jelas, menata konstitusi Mesir yang lebih menjamin hak-hak dasar rakyat Mesir, serta mengakhiri dominasi militer, yang sudah berkuasa hampir lebih 60 tahun di Mesir. Mursi mengubah konstitusi Mesir, dan menjadikan Syariah Islam, sebagai sumber hukum tertinggi di Mesir. Inilah sebenarnya yang menjadi pangkal sikap kelompok sekuler, liberal, dan nasionalis menolak Mursi dan ingin menjatuhkannya.
Presiden Mursi terus berupaya menstabilkan ekonomi Mesir, akibat salah urus selama puluhan tahun dibawah rezim-rezim militer yang sangat korup. Prestasi yang paling penting dan patut dicatat sejarah, di mana Mursi mengakhiri supremi militer Mesir, yang dalam sejarah Mesir sangat panjang dan selalu mendomasi dan menciptakan kehidupan yang sangat penuh dengan penindasan. Sekarang Mursi ingin dihancurkan oleh kekuatan sekuler, liberal dan nasionalis yang dahulunya menjadi penyokong rezim-rezim yang paling korup di negeri itu.
Sepanjang sejarah Mesir, kekuatan gerakan Islam lah yang paling dizalimi oleh para penguasa dan rezim yang berkuasa di Mesir. Betapa banyaknya tokoh dan anggota Ikhwan yang dipenjara, dihukum mati, digantung dan diusir dari negaranya.
Hal itu tidak pernah dialami oleh para tokoh sekuler, semacam El-Baradei, Amr Mousa (tokoh Koptik) yang diangkat menjadi Menteri Luar Negeri oleh Mubara. Tetapi, mereka sekarang terus berkampanye sebagai kekuatan yang paling berjasa dalam menumbangkan Hosni Mubarak.
Jamaah Ikhwanul Muslimin tidak akan hancur oleh tangan-tangan kekuatan-kekuatan biadab, tidak bertanggung jawab dari kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis. Ikhwan sudah teruji sejak Jamaah itu berdiri di tahun l928. Berbagai makar dan pengkhianatan sudah dilaluinya. Termasuk pendiri Jamaah Ikhwan, Hasan al-Banna tewas dibunuh oleh seorang opsir (tentara) di zaman Farouk.
Jamaah Ikhwanul Muslimin akan tetap hidup dan tegak di tengah-tengah badai politik yang sekarang ini terjadi. Ikhwan dan para pemimpin Ikhwan hanya berkeyakinan bahwa siapa yang menolong agama Allah, pasti Allah akan menolong mereka. Itu sudah menjadi ketentuan Allah Azza Wa Jalla.
Di penghujung abad ini, orang-orang mukmin menyaksikan kehancuran materialisme, sekulerisme, liberalisme dan nasionalisme. Kekalahan Amerika Serikat di Irak, dan Afghanistan dan tempat-tempat lainnya, serta hancurnya kehidupan di Barat, akibat tabiat ideologi materialisme mereka, seperti sekarang hampir seluruh negara Barat mengadopsi perkawaninan "sejenis", ini merupakan tanda-tanda akhir kehidupan mereka.Ekonomi Barat yang sudah bangkrut tidak akan pernah mampu bangkit lagi selamanya.
Diatas segalanya, Mesir dibawah Presiden Mohamad Mursi mempunyai pandangan jelas terhadap Palestina. Mursi dengan sangat eksplisit mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Mursi pula yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah, dan menyerukan jihad melawan rezim Syiah Alawiyyin Bashar al-Assad. Bahkan, Mursi menarik Duta Besar Mesir dari Tel Aviv, dan itu tidak pernah terjadi pada rezim sebelumnya. Wallahu'alam.
READ MORE - Belajarlah Dari Jamaah Ikhwanul Muslimin Mesir