marquee

Selamat Datang di Blog Kami

welcome

Berbagi itu Indah dan Senyum itu Sedekah

Kamis, 03 April 2014

Virus Bangsa' Menjangkiti Rakyat Sehingga Mudah Lupa Dosa Penguasa

'Virus Bangsa' menyerang otak rakyat Indonesia sangat hebat!!!

Mengapa?

Ada sebuah ungkapan, the short memory lost. Bangsa kita begitu mudah

lupa terhadap kejadian-kejadian yang belum lama terjadi.

Kondisi ini lalu dimanfaatkan oleh kaum VIRUS BANGSA untuk mengelabui

rakyat ini, membodoh-bodohkan mereka, menipu, menindas, dan

mengeksploitasi sedalam-dalamnya.

Para virus bangsa itu adalah: media-media massa, para pengamat politik,

para politisi, para akademisi bayaran, lembaga surve order minded, dan

sejenisnya.

Mereka ini disebut virus bangsa karena memang tidak memiliki rasa belas

kasihan sama sekali atas nasib ratusan juta anak bangsa yang menderita

akibat semua kelakuan mereka. “Selagi Gue bisa happy-happy, bodo amat

dengan rakyat. Emang mereka mikiran Gue?” Begitulah ungkapan tidak tahu

malu yang sering menjadi motto kehidupan mereka.

Sampai batas tertentu, para penipu atau virus bangsa itu sampai

meyakini hal-hal semacam ini:

“Zaman sekarang yang penting duit, duit, duit Bos. Sudahlah gak usah

munafik. Kamu suka duit juga kan. Kalo punya duit kamu bisa main cewek,

bisa makan di restoran mahal, bisa pelesir ke luar negeri, bisa belanja

barang-barang branded. Kamu juga nanti dipuja-puja keluarga besarmu,

disebut orang sukses. Kamu dielu-elukan almamatermu, didaulat memberi

orasi ilmiah, diminta mengisi acara-acara.

Kamu terhormat, mobil minimal Camry, punya kans jadi politisi Senayan,

punya banyak fans, porto folio diterima baik oleh bank, dan sebagainya.

Maka itu, sudahlah, tidak usah munafik. Dalam hidup ini jangan alim

banget. Jangan saleh banget. Kalau mau sukses, kamu harus berani kejam.

Kamu harus berani memakai manajemen mafia. Rakyat itu bodo-bodo,

sampah, tak berguna. Jalan termudah jadi orang keren, hebat, happy-

happy adalah menjual nasib rakyat dan bangsa. Persetan dengan cinta

tanah air. Persetan dengan agama. Persetan dengan dosa-neraka. Aku tak

peduli. Yang penting happy, happy, happy forever forever.”

Orang-orang begini inilah yang telah sekian lama membuat bangsa ini

menderita, susah hidupnya, melarat terus, kezhaliman merata, korupsi

menggurita. Ya karena kaum virus bangsa ini sangat banyak, ada di mana

-mana.

Mereka hidup sehari-hari seperti binatang. Tidak ada nikmat ruhani

sedikit pun dalam jiwanya. Semakin bertambah syahwat yang mereka reguk,

semakin menderita jiwanya. Mereka telah melupakan TUHAN, lalu TUHAN pun

membuat mereka lupa pada dirinya sendiri. Na’dzubillah wa na’udzubillah

min dzalik.

Apakah Anda pernah menyangka, merasa, atau menduga, bahwa kehidupan ini

sepenuhnya berada dalam kendali manusia-manusia moral rendah sejenis

itu? Apakah mereka berkuasa atas alam kehidupan ini? Apakah mereka bisa

menunda kematian atau memperlama kehidupan? Tidak sama sekali. Mereka

hanyalah obyek kehidupan. Segala hal tetap dan pasti di Tangan Allah

Ta’ala.

Manusia-manusia durjana itu bisa senang-senang, tertawa ngakak, dan

terus menipu manusia, karena belum habis jatah nikmat bagi mereka.

Pintu-pintu hedonisme terus terbuka sampai habis jatahnya.

Kalau sudah habis…hendak bersembunyi ke mana pun mereka akan dikejar

oleh tentara-tentara Allah (para Malaikat-Nya). Itu hanya menanti waktu

saja.

Kita kembali ke topik semula, rentetan panjang penipuan publik yang

biasa dilakukan kaum virus bangsa: media massa sekuler, pengamat

politik, politisi busuk, akademisi bayaran, survei abal-abal, dan

sejenisnya.

Di sini saya ingin mengajak anda2 kembali ingatkan fakta-fakta sejarah

yang sudah banyak dilupakan bangsa ini. Intinya, gegap gempita

pencitraan Jokowi saat ini, ia bukan pertama kali terjadi. Itu sudah

sering dan sering terjadi.

Mari kita buka fakta sejarah satu demi satu, bismillah…

[1]. Tahun 1998 terjadi demonstrasi massal di seluruh Indonesia.

Penggeraknya para mahasiswa kampus. Para demonstran didukung penuh oleh

semua media, politisi, pengamat. Mereka serukan: “Soeharto mundur!

Soeharto mundur! Gantung Soeharto!”.

Puncaknya pada Mei 1998 terjadi kerusuhan besar di Jakarta. Akhirnya

Soeharto pun menyerah, dia mundur. Sejak Soeharto mundur, masuklah

bangsa Indonesia ke era Reformasi.

Faktanya, sejak masuk zaman Reformasi, kehidupan rakyat Indonesia tidak

lebih baik.

[2]. Tahun 1999 Presiden BJ. Habibie mau ikut pencalonan sebagai

presiden. Beliau baru memimpin menggantikan Soeharto sekitar 1,5 tahun.

Melihat kenyataan itu media-media, pengamat, politisi, sepakat

mengeroyok Habibie. “Jangan Habibie. Dia koruptor. Dia anak emas

Soeharto. Pokoknya jangan Habibie.”

Banyak sekali seruan untuk menghadang Habibie. Padahal dia terbukti

berhasil mengendalikan kondisi bangsa setelah diamuk Krisis Moneter.

Alhasil Habibie tak bisa menjadi presiden lagi karena dibarikade oleh

kaum virus bangsa. Yang terpilih justru Gusdur.

Namanya Gusdur, sudah sakit2an, dan kontroversial, tak punya pengalaman

memimpin negara. Akibatnya negara morat-marit gak karuan. Nyaris negara

ini hancur kalau Gusdur lebih lama memimpin. Padahal media-media massa,

pengamat, politisi, akademisi, dan sejenisnya itulah yang sebelumnya

mengelu-elukan citra Gusdur.

Terbukti, dia tak bisa apa-apa. Habibie yang berkualitas ditolak,

Gusdur yang gak bisa apa-apa didaulat menjadi pemimpin.

[3]. Kondisi yang mengitari Jokowi saat ini mirip sekali seperti

kondisi menjelang Pilpres 2004.

Waktu itu media-media massa, pengamat, politisi, akedemisi kacung

sepakat mengelu-elukan SBY.

“SBY harapan baru indonesia. Orang ini hebat. Santun, tegas, cerdas.

Kasihan dia dizhalimi Megawati. Indonesia akan maju di tangan SBY. I

love U full.”

Begitulah segala puja dan puji mendukung SBY. Salah satu TV berita

termasuk yang amat “I love U full” ke SBY. Ini semua terjadi karena SBY

sudah direstui oleh jaringan pengusaha China asal Medan-Jakarta-

Surabaya.

Apa akibatnya setelah SBY jadi Presiden? Luar biasa, baru saja memimpin

Indonesia “diberi hadiah” Tsunami terbesar sedunia. Dan rentetan

bencana seolah tak ada habisnya di tangan orang ini. Tahun 2005 SBY

naikkan BBM lebih dari 100 persen. Rakyat semua megap-megap.

[4]. Tahun 2009 SBY nyalon lagi. Sebenarnya potensi SBY kalah sangat

besar, karena kepemimpinan dia selama 2004-2009 sangat menyengsarakan.

Tapi SBY cerdik, dia pandai memanfaatkan media dan lembaga-lembaga

surve untuk memenangkan citra. LSI, Saiful Mujani, Deny JA. termasuk

yang sangat agressif mendukung SBY. Media-media TV juga terus mengelu-

elukan SBY. SBY juga memainkan instrumen BLT untuk merebut simpati

rakyat. Dan dia juga masuk ke sistem kalkulasi online KPU.

Sistem software KPU inilah yang sangat mengancam proses pemilu secara

jujur. Setelah SBY jadi presiden lagi, penderitaan rakyat semakin

panjang dan lama. Selain itu banyak terkuak kasus-kasus korupsi yang

melibatkan elit-elit Demokrat.

[5]. Ada kejadian sangat aneh sekitar tahun 2008-2009, yaitu Mega

Skandal Bank Century. Ketika itu SBY, jajaran menterinya, Boediono,

para pengamat ekonomi UI, dan media-media partner secara intensif

menipu publik:

“Kalau Bank Century tidak diberi bailout, nanti akan menyebabkan dampak

sistemik. Waktu itu sedang terjadi Krisis Global.”

Padahal nilai aset Bank Century tidak ngaruh dalam industri perbankan

nasional. Kalau pun bailout itu dibenarkan, mengapa dana talangan yang

semula disepakati sekitar 600 miliar membengkak sepuluh kali lipat

menjadi 6,7 triliun?

Bahkan pencairan yang triliunan rupiah itu dilakukan di hari Sabtu dan

Minggu, tanpa melapor Wapres (Jusuf Kall)? Tetapi SBY dan media-media

partner terus berkilah “dampak sistemik”. Ya begitulah, rakyat terus

ditipu, ditipu, dan ditipu lagi.

[6]. Media-media massa, pengamat, akademisi, politisi, juga berperanb

sangat kuat dalam menggulirkan opini seputar Bibit-Chandra (dua ketua

KPK).

Waktu itu keduanya sedang berhadapan dengan Susno Duadji. Media

mengangkat isu “Cicak Vs Buaya”.

Semua media waktu itu sepakat berdiri di belakang Bibit Samad dan

Chandra Hamzah. Keduanya menyebut istilah “kriminalisasi KPK”. Alhasil

kedua pimpinan KPK mendapat dipensasi hukum. Mereka tidak diadili atas

tuduhan apapun.

Padahal menurut Muhammad Nazaruddin, Chandra Hamzah pernah datang ke

rumahnya, lalu menerima titipan uang. Terbukti kemudian pengakuan

Nazaruddin sering terbukti di persidangan.

Media-media massa dan pengamat begitu bernafsu membela Bibit-Chandra,

sampai mereka lupa bahwa SBY sudah melakukan campur tangan hukum dengan

membentuk tim pencari fakta. Itu pelanggaran tatanan kenegaraan.

[7]. Terkait perkembangan dakwah Islam. Media-media massa, para

pengamat, politisi, akademisi, pejabat, dan seterusnya sepakat mengelu

-elukan dai kondang, Aa Gym.

Semua TV punya siaran terkait Aa Gym. Kalau bulan Ramadhan tiba, Aa Gym

menjadi “raja media”. Aa Gym disukai karena: tak pernah bilang “orang

kafir”, tak pernah bilang “orang sesat”, tak pernah bilang “Syariat

Islam”, tak pernah menyinggug perasaan penganut agama lain, dan

seterusnya.

Tetapi ketika Aa Gym ketahuan melakukan poligami, seketika itu dia

dihujat, dihajar habis, dikuyo-kuyo sampai tandas, dizhalimi sedalam-

dalamnya. Alhasil Aa Gym merasa “sakit hati” dan tidak seramah dulu ke

media-media massa.

Masyarakat sebagai pengagum Aa Gym pun tinggal mengikuti saja. Apapun

yang dikatakan media massa, mereka amini. Media bilang A, ya diikuti A;

media bilang merah, diikuti merah; media bilang ‘kacau’, rakyat pun

ikut berseru ‘kacau’. Kok gak meras malu ya…

[8]. Tahun 2012 Jokowi-Ahok jadi kandidat Gubernur DKI. Media-media,

pengamat, politisi, juga ramai-ramai dukung keduanya agar jadi gubernur

DKI.

Semua sepakat Jokowi-Ahok harus gusur “kumisnya” Foke. Hanya beberapa

lama setelah terpilih jadi gubernur, Jokowi keteteran. Ahok kerjaannya

marah-marah mulu, seperti orang stress. Dan lebih parah lagi, Jokowi

akhirnya lebih banyak bekerja untuk PERSIAPAN JADI PRESIDEN, bukan

bekerja membereskan masalah DKI Jakarta.

Lha, orang ini katanya jujur, amanah, rendah hati, tidak neko-neko;

tapi justru kemaruk jabatan. Satu belum kelar, sudah nafsu ingin

jabatan lain. Kata orang Sunda, ngurauk ku siku. Mau merengkuh apa saja

dengan sikunya, karena saking rakus.

Sampai di sini kita jadi paham, bahwa memang rakyat kita begitu mudah

dibodoh-bodohi. Sedangkan kaum cerdik-cendekia, para ilmuwan dan

terpelajar, sibuk menyelamatkan urusan ekonomi masing-masing. Mereka

tak berani turun ke landasan untuk mencerahi masyarakat.

Untuk menyalakan suluh kebenaran. Mereka bersembunyi di balik segala

kemapanan dan keenakan hidup yang sudah dinikmati.

Media-media massa, pengamat, politisi, akademisi bayaran, dan

seterusnya mereka terus-menerus berdzikir dengan kata-kata: “Demi

Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.”

Tapi kelakuan mereka busuk. Moral mereka lacur. Mereka gadaikan

kehidupan rakyat dan bangsa, demi memenuhi syahwat hedonismenya. Kaum

virus bangsa itu tak henti-hentinya menipu, menipu, menipu, dan menipu

rakyat yang kebanyakan pelupa dan tidak kritis.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/smart-

teen/2014/03/27/29664/virus-bangsa-menjangkiti-rakyat-sehingga-mudah-

lupa-dosa-penguasa.
READ MORE - Virus Bangsa' Menjangkiti Rakyat Sehingga Mudah Lupa Dosa Penguasa