marquee

Selamat Datang di Blog Kami

welcome

Berbagi itu Indah dan Senyum itu Sedekah

Senin, 22 Februari 2010

Memaulidkan kehidupan seperti kelahiran Nabi Muhammad SAw

Meneladani Maulid Nabi Muhammad saw.

The 100 (A Ranking Of Most Influential Persons In History)”Seratus Tokoh Yang paling berpengaruh dalam sejarah” adalah salah satu karya Michael H. Hart (lahir 28 April 1932) berkebangsaan Amerika, beragama nasrani. Bekerja pada NASA dan guru besar astronomi dan fisika perguruan tinggi di Maryland, AS. Ia sarjana fisika, astronomi, dan hukum dan pengarang buku laris. Buku ini terbit pada tahun 1978 memuat 100 tokoh yang ia rasa memiliki pengaruh terkuat dalam sejarah. Ternyata Nabi Muhammad saw. Termasuk urutan pertama dari sekian tokoh-tokoh yang termuat.

Lebih lanjut Hart mengatakan: “Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi”.

Sebelum Rasulullah saw. diutus menjadi rasul Allah swt, sudah banyak nabi dan rasul yang telah diutus kepada setiap generasi umat manusia untuk menyeru mereka ke jalan Allah. seperti disebutkan dalam surat al-Mukmin [40]: 78

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu….

Namun, di dalam al-Qur’an hanya terdapat 25 nabi dan rasul Allah yang diberitakan dalam berbagai surat dan ayat. Dari semua nabi dan rasul tersebut, secara kenabian Allah memang tidak pernah membedakan antara satu dengan yang lainnya. Seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 285

“Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta`at". (Mereka berdo`a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".

Akan tetapi, dalam hal penghargaan dan penghormatan, Allah swt. ternyata memberikan kelebihan antara satu dengan yang lainnya. Khusus kepada nabi Muhammad saw. Allah memberikan banyak penghargaan yang tidak diberikan kepada nabi dan rasul-Nya yang lain. Berikut kita lihat beberapa kelebihan yang diberikan Allah kepada Rasulullah saw.

Pertama, bahwa Allah swt. memberikan segala sesuatu kepada nabi Muhammad, tanpa harus beliau memintanya kepada Allah. Lihat misalnya surat Alam Nasyrah [94]: 1-4

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (1). Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu (2). yang memberatkan punggungmu? (3). Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu (4).”

Ayat ini turun berkaitan dengan kondisi Nabi saw. yang ketika itu dilanda stress berat akibat penolakan sebagain besar manusia terhadap dakwah beliau. Beliau merasa gagal, bahkan kegagalan tersebut dirasakan seolah beliau sedang memikul sebuah gunung batu di atas pundaknya, sehingga membuat tulang punggung belaiu mengeluarkan bunyi seperti suara yang dikeluarkan dahan dan ranting-ranting pohon yang beradu karena tiupan angin. Allah kemudian menghibur beliau dengan mengatakan betapa agung dan mulianya engkau wahai Muhammad! Kami telah melapangkan dadamu dari kesempitan dan kesulitan tanpa harus engkau memintanya. Kami yang telah mengangkat beban berat yang ada dipundakmu tanpa engaku harus memohonnya kepada-Ku. Kami juga yang telah mengangkat dan meninggikan namamu. Sehingga, setiap kali namu Aku disebut, nama engkau juga berada dibelakang-Nya. Setiap kali kalimat syahadat diucapakan mansuai, setaip kali itu pula naama-Ku dan namamu berbarengan.

Dalam surat Al-A’la [87]: 8, Allah juga menggambarkan kelebihan Rasulullah saw. dengan ungkapan;

“Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah”.

Begitulah kelebihan yang diberikan Allah kepada nabi Muhammad saw. Coba kita bandingkan dengan nabi Musa as. seperti terdapat dalam surat Thaha [20]: 25-28

“Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku (25). dan mudahkanlah untukku urusanku (26). dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku (27). supaya mereka mengerti perkataanku (28).”

Kedua, nabi-nabi yang diutus sebelum Rasulullah saw. hanya untuk umat dan masa tertentu. Ajarannya tidak berlaku untuk umat lain di masa yang lain. Nabi Shalih hanya diutus kepada kaum Tsamud dan ajaran yang dibawanya hanyalah berlaku untuk kaum Tsamud saja, tidak umat lain. Nabi Hud hanya diutus oleh Allah kepada bangsa ‘Ad dan ajarannya hanya untuk bangsa itu, tidak bangsa lain dan seterusnya. Seperti disebutkan dalam surat Fathir [35]: 24

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.”

Akan tetapi, nabi Muhammad saw. diutus untuk semua manusia mulai dari manusia awal beliau menjadi rasul, sampai manusia akhir zaman di manapun mereka berada. Begitu juga, ajaran Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad saw berlaku sampai hari kiamat tanpa ada lagi penghapusan. Seperti disebutkan dalam surat Al-A’raf [7]: 158

"Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,…

Oleh karena itulah, Allah mengajak mansuia untuk memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada Rasulaullah. Seperti dalam An-Nur [24]: 53

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)…”

Allah swt. melarang umat Islam memanggil nabi Muhammad saw. seperti panggilan kepada mansuia lain. Sehingga, sangat wajar kalau kita sebelum menyebut nama Muhammad saw. mengawalinya dengan sejumlah pujian yang kita berikan, baik di awal maupun di akhir. Seperti nabiyina, sayyidina, rasulina, habibina, syafi’ina, maulana Muhammad…dan akhirnya Shallallahu ‘Alihi Wasallama.

Beberapa waktu yang lalu, kita umat Islam sangat terusik dengan beredarnya karikatur nabi Muhammad saw. yang diterbitkan oleh sebuah majalah di Denmark. Karikatur itu menggambarkan nabi Muhammad saw. sebagai sosok manusia berwajah garang dengan sorban bertahtakan dan bermahkotakan bom. Karikatur ini ingin mengatakan kepada dunai, bahwa nabi Muhammad saw. adalah tokoh sentralnya teroris manusia. Bahkan, jika hari ini dia masih hidup, dialah orang yang selalu membawa bom ke manapun dia pergi. Sunggguh suatu pelecehan dan penghinaan yang sangat tidak bisa diterima.

Banyak umat Islam yang kesal, jengkel dan marah. Bahkan ada yang mengambil sikap keras, seperti membaikot segala macam produk Denmark ke Negara mereka seperti yang dilakukan Negara Sudan. Akan tetapi, tidak sedikit pula dari umat Islam yang acuh, “cuek” tidak tersinggung apalagi marah. Mungkin salah satunya adalah umat Islam di Indonesia.

Lalu kenapa kita umat Islam, tidak merasa sakit hati, terlukai atau bahkan marah ketika nabi Muhammad saw. dilecehkan sedemikian rupa? Jawabannya adalah bahwa kita tidak lagi mencintai Rasulullah saw. atau bahkan kita sudah tidak mengenal beliau lagi sebagai sosok manusia agung dan sempurna yang jauh dari cacat dan kekurangan apalagi kehinaan.

Oleh karena itulah, dengan peringatan maulid nabi besar Muhammad saw. kali ini, kita jadikan momentum untuk menggali kembali perjalanan hidup belaiu guna dijadikan teladan, sekaligus menumbuhkan kecintan kepada beliau. Sebab, kecintaan kepada Rasulullah saw. adalah sebagai syarat seseorang mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah swt. Lihatlah surat Ali imran [3]: 31

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Suatu renungan bersama bagi kaum muslimin ucapan Michael H Hart di atas dan sudah seharusnya sebagai pengikut Nabi Muhammad saw. meneladani kehidupan beliau. Karena beliau bukan hanya seorang nabi, tapi juga pemimpin, pejuang, politikus, enkonom yang bisa menyelaraskan kehidupan dunia dengan akhirat dengan berbasis dua internal behaviour :jujur ( as-shidiq) dan dipercaya (amanah). Mudah-mudahan suatu saat nanti kita menemui sosok seorang pemimpin, para pejabat muslim yang selalu setia mencontoh kepribadian Nabi Muhammad saw. Bukan seperti Fir’aun dan Qarun yang slalu mengekploitasi tenaga orang lain dan memperkaya diri untuk kepentingan sendiri Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: