Jamaah Ikwanul Muslimin Mesir menghadapi hari-hari paling bersejarah.
Gerakan yang didirikan oleh Hasan al-Banna tahun 1928 itu, bukan hanya
sekarang bertarung melawan kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis.
Tetapi sudah sejak Jamaah Ikhwanul Muslimin lahir, sudah harus
berhadapan dengan segala kekuatan anti Islam di Mesir.
Gerakan Ikhwan di Mesir itu, sudah
kenyang menghadapi berbagai makar yang keji dan pengkhianatan dari
kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis. Sejak zamannya Raja Farouk,
Jenderal Mohamad Najib, Jenderal Gamal Abdul Nasser, Marsekal Anwar
Sadat, sampai terakhir dengan Marsekal Hosni Mubarak dan Marsekal Ahmed
Safiq.
Gerakan yang digagas oleh Hasan
al-Banna itu, bukan hanya menghadapi penguasa-penguasa zalim Mesir, dan
hakekatnya menjadi boneka "puppet" dari rezim Zionis Israel,
juga Amerika Serikat, Eropa, dan Soviet. Tetapi, berulang kali Jamaah
Ikhwanul Muslimin, harus pula menghadapi partai-partai sekuler, liberal,
dan nasionalis. Seperti Partai Wafd, Partai Nasseris, Partai Sosialis
Mesir, dan Partai Komunis Mesir, yang menjadi pendukung rezim-rezim
zalim di Mesir.
Sekarang Jamaah Ikhwanul Muslimin
harus bertarung melawan kekuatan-kekuatan partai politik sekuler,
liberal, dan nasionalis yang dipimpin oleh Mohamad el-Baradei, yang tak
lain merupakan "puppet" dari Amerika Serikat dan Zionis-Israel.
Mereka membuat gerakan jalanan dan menghancurkan secara brutal terhadap
semua yang menjadi simbol Jamaah Ikhwanul Muslimin seperti Kantor
Maktabul Irsyad di Cairo, dibakar dan dihancurkan.
Mereka meneriakkan demokrasi,
tetapi mereka tidak siap menerima kekalahan, dan tidak mau menerima
kekuatan Islam berkuasa, dan mengelola negara secara terbuka. Mereka
menggunakan isu ekonomi, dan ingin menjatuhkan Presiden Mohamad Mursi
dengan isu ekonomi.
Padahal, Mohamad Mursi baru
berkuasa satu tahun. Semantara itu, cadangan devisa negara habis
dikuras, saat rezim militer di bawah Hosni Mubarak dan Ahmad Safiq
berkuasa. Sebelumnya devisa Mesir sebesar $ 38 miliar dollar, kemudian
saat Mursi memegang kekuasaan, hanya tinggal $ 13 miliar dollar!
Faktanya, Presiden Mursi yang
merupakan presiden pertama hasil melalui proses demokrasi, dan pemilihan
umum, kemudian memenangkan pemilihan, tetapi sekarang ingin dijatuhkan
oleh kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis, yang membentuk "Front Nasional" yang dipimpin Mohamad el-Baradei.
Langkah yang dilakukan oleh Mursi
dan Jamaah Ikhwanul Muslimin sangat jelas, menata konstitusi Mesir yang
lebih menjamin hak-hak dasar rakyat Mesir, serta mengakhiri dominasi
militer, yang sudah berkuasa hampir lebih 60 tahun di Mesir. Mursi
mengubah konstitusi Mesir, dan menjadikan Syariah Islam, sebagai sumber
hukum tertinggi di Mesir. Inilah sebenarnya yang menjadi pangkal sikap
kelompok sekuler, liberal, dan nasionalis menolak Mursi dan ingin
menjatuhkannya.
Presiden Mursi terus berupaya
menstabilkan ekonomi Mesir, akibat salah urus selama puluhan tahun
dibawah rezim-rezim militer yang sangat korup. Prestasi yang paling
penting dan patut dicatat sejarah, di mana Mursi mengakhiri supremi
militer Mesir, yang dalam sejarah Mesir sangat panjang dan selalu
mendomasi dan menciptakan kehidupan yang sangat penuh dengan penindasan.
Sekarang Mursi ingin dihancurkan oleh kekuatan sekuler, liberal dan
nasionalis yang dahulunya menjadi penyokong rezim-rezim yang paling
korup di negeri itu.
Sepanjang sejarah Mesir, kekuatan
gerakan Islam lah yang paling dizalimi oleh para penguasa dan rezim yang
berkuasa di Mesir. Betapa banyaknya tokoh dan anggota Ikhwan yang
dipenjara, dihukum mati, digantung dan diusir dari negaranya.
Hal itu tidak pernah dialami oleh
para tokoh sekuler, semacam El-Baradei, Amr Mousa (tokoh Koptik) yang
diangkat menjadi Menteri Luar Negeri oleh Mubara. Tetapi, mereka
sekarang terus berkampanye sebagai kekuatan yang paling berjasa dalam
menumbangkan Hosni Mubarak.
Jamaah Ikhwanul Muslimin tidak akan
hancur oleh tangan-tangan kekuatan-kekuatan biadab, tidak bertanggung
jawab dari kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis. Ikhwan sudah
teruji sejak Jamaah itu berdiri di tahun l928. Berbagai makar dan
pengkhianatan sudah dilaluinya. Termasuk pendiri Jamaah Ikhwan, Hasan
al-Banna tewas dibunuh oleh seorang opsir (tentara) di zaman Farouk.
Jamaah Ikhwanul Muslimin akan tetap hidup dan tegak
di tengah-tengah badai politik yang sekarang ini terjadi. Ikhwan dan
para pemimpin Ikhwan hanya berkeyakinan bahwa siapa yang menolong agama
Allah, pasti Allah akan menolong mereka. Itu sudah menjadi ketentuan
Allah Azza Wa Jalla.
Di penghujung abad ini, orang-orang mukmin
menyaksikan kehancuran materialisme, sekulerisme, liberalisme dan
nasionalisme. Kekalahan Amerika Serikat di Irak, dan Afghanistan dan
tempat-tempat lainnya, serta hancurnya kehidupan di Barat, akibat tabiat
ideologi materialisme mereka, seperti sekarang hampir seluruh negara
Barat mengadopsi perkawaninan "sejenis", ini merupakan
tanda-tanda akhir kehidupan mereka.Ekonomi Barat yang sudah bangkrut
tidak akan pernah mampu bangkit lagi selamanya.
Diatas segalanya, Mesir dibawah Presiden Mohamad
Mursi mempunyai pandangan jelas terhadap Palestina. Mursi dengan sangat
eksplisit mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Mursi pula yang
memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah, dan menyerukan jihad
melawan rezim Syiah Alawiyyin Bashar al-Assad. Bahkan, Mursi menarik
Duta Besar Mesir dari Tel Aviv, dan itu tidak pernah terjadi pada rezim
sebelumnya. Wallahu'alam.
Tweet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar