Oleh: Robi Kurniawan
Guru atau istilah sekarang pendidik selalu menjadi sorotan untuk
keberhasilan peserta didik dalam ranah formal ataupun non-formal.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kompetensi guru dalam berbagai aspek.
Aspek Pedagogik, Profesional, dan Leadership. Kemampuan menguasai metode
pembelajaran dan karekteristik peserta didik adalah termasuk kemampuan
pedagogik. Sementara kemampuan ahli di bidang yang diampunya adalah bagian dari
profesionalitas guru. Tidak hanya saja itu guru juga harus mampu mempengaruhi
orang lain atau peserta didiknya dengan seni kepemimpinan yang dimilikinya (Leadership).
Leadership adalah seni dalam memimpin atau mempengaruhi orang lain. Tentu pengaruh
itu akan ada jika guru bisa melakukannya terlebih dahulu. Seorang guru yang
mengajarkan tentang kebersihan sementara dia cuek dengan kebersihan tersebut, seperti
keinginan mengambil sampah yang ada di sekitarnya atau ada seorang guru yang
berkoar bahwa rokok itu tidak bagus bagi kesehatan, tapi dia sendiri tidak
meninggalkan rokok. Maka guru seperti ini belum ada jiwa leadershipnya. Nah,
Bagaimana sukses menjadi guru
menurut islam?
Pertanyaan di atas
mungkin sering kita dengar dan baca. Jawabannya pun beragam yang kita dapati
dari berbagai pakar pendidikan dan orang bijak. Namun sebenarnya, jika kita mau
mengkaji lebih intensif dalam Alquran bahwa ada sebuah surat yang secara
tekstual diperuntukkan untuk Suku Quraisy namum kontekstualnya berlaku untuk
kaum muslimin secara khusus dan umumnya untuk umat lainnya.
Allah Swt. berfirman
dalam QS. Quraisy:1-4:
لِإِيلَافِ
قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ
الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا
الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ
وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)
1. karena kebiasaan orang-orang
Quraisy,
2. (yaitu) kebiasaan mereka
bepergian pada musim dingin dan musim panas[1602].
3. Maka hendaklah mereka menyembah
Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
4. yang telah memberi makanan kepada
mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Surat di atas terdiri dari empat ayat. Ayat-ayatnya
secara kontekstual berisi tentang motivasi bagi seorang muslim khususnya guru
untuk sukses meniru seperti kesuksesan Suku Quraisy. Dalam tulisan ini kita
tidak akan membahas kelebihan Quraisy secara detail. Namum tidak ada salahnya
kita mengetahui sekilas keutamaan yang diberikan Allah Swt. kepada mereka. Quraisy
merupakan nama sebuah kabilah atau suku, mereka adalah anak keturunan an-Nahdhir
bin Kinanah. Semuan keturunan Bani Nahdhir merupakan orang-orang yang
berasla dari Quraisy, tetapi tidak bagi keturunan bani kinanah. Pendapat lain
mengatakan bahwa orang Quraisy adalah anak keturunan Fihr bin Malik bin
an-Nahdir. Oleh karenannya, orang yang tidak terlahir dari keturunan Fihr
bukanlah kaum Quraisy. Pendapat yang paling shahih dan lebih tepat yakni Quraisy
merupakan kembali berkumpul setelah tercerai berai, kata at-taqrisy
artinya berkumpul dan bersatu. Allah SWT telah memberi kelebihan kepada kaum
Quraisy yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelum maupun sesudahnya,
Allah memberi keunggulan kepada kaum Quraisy karena berasal dari kalangan
mereka, bahwa kenabian muncul di tengah mereka, penjagaan ka’bah dan pengaturan
pemeliharaannya untuk orang yang memegang kuncinya.
Hadis
tentang kepemimpinan dari Quraisy dapat ditemukan dalam kitab hadis yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan Imam Ahmad
bin Hanbal. Salah satu hadis tersebut adalah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad
bin Hanbal sebagai berikut :
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ سَهْلِ أَبِي
الْأَسَدِ عَنْ بُكَيْرٍ الْجَزَرِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كُنَّا فِي بَيْتِ رَجُلٍ
مِنْ الْأَنْصَارِ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى
وَقَفَ فَأَخَذَ بِعِضَادَةِ الْبَابِ فَقَالَ الْأَئِمَّةُ مِنْ قُرَيْشٍ
وَلَهُمْ عَلَيْكُمْ حَقٌّ وَلَكُمْ مِثْلُ ذَلِكَ مَا إِذَا اسْتُرْحِمُوا
رَحِمُوا وَإِذَا حَكَمُوا عَدَلُوا وَإِذَا عَاهَدُوا وَفَّوْا فَمَنْ لَمْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ مِنْهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.
Waki’menceritakan kepada kami
(berkata) al-A’masy menceritakan kepada kami (yang berasal) dari Sahl Abi
al-Asad (yang bersumber) dari Bukair al-Jazari (yang berasal) dari anas berkata
: Kami (ketika) berada di rumah salah seorang sahabat Anshar, Nabi saw datang
hingga berhenti kemudian memegang tiang pintu lalu bersabda :”Para imam
(pemimpin) adalah dari Quraisy, Mereka memiliki hak atas kamu, dan kamu
memiliki hal yang sama. Ketika kamu minta belas kasih mereka memberi belas
kasih. Ketika mereka memerintah, mereka adil, dan ketika mereka berjanji,
mereka menetapi. Barang siapa dari mereka yang tidak berbuat demikian maka
laknat Allah dan Malaikat dan seluruh menusia untuk dia.
Kembali
ke inti tulisan ini. Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses adalah:
a.
Kebiasaan (لِإِيلَافِ)
Kebiasaan adalah
rutinitas yang dilakukan secara sadar. Kebiasaan baik yang selalu dilakukan
tentu akan memberi kesan baik terhadap orang lain. Begitu juga sebaliknya jika
kebiasaan buruk selalu dipupuk maka tidak hanya merugikan guru sendiri tetapi
juga orang lain. Bukankah ada pepatah yang mengatakan “ Siapa yang
menanam, ia akan menuainya nanti”. Jika seorang
guru menanam kelapa tentu akan memanen kelapa. Tidak mungkin seorang yang
menamam cabe akan memanen durian. Buah dari kebiasaan itu akan bisa dirasakan
dan dihargai jika tidak bertentangan dengan agama dan kehidupan sosial. Bisa karena
terbiasa.
b.
Quraiys (قُرَيْشٍ)
Kata ini
berasal dari قَرَشَ yang bisa berarti suka berkumpul, ikan paus, dan suka
berfikiran positif.
Keberhasilan
seorang guru tidak terlepas dari karekter yang dimilikinya. Di antaranya suka
berdiskusi, keberanian dalam menyampaikan kebenaran, dan selalu berfikir
positif.
c.
Kebiasaan mereka melakukan perjalanan di musim dingin dan
panas إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ) وَالصَّيْفِ)
Ayat ini secara tekstual menjelaskan
kebiasaan Suku Quraiys melakukan perjalanan dagang pada musim dingin ke Yaman
dan musim panas ke Syam (Syiria). Kebiasaan ini bukanlah hal yang isendentil
atau mendadak tetapi sudah direncanakan terlebih dahulu. Seharusnya mereka
melakukan perjalanan itu pada musim dingin ke Syam dan musim panas ke Yaman. Tetapi
sebaliknya mereka tidak melakukan hal itu. Inilah yang namanya strategi dagang.
Mereka sudah membaca peta perdagangan dan kebutuhan yang dibutuh oleh ke dua
wilayah tersebut.
Seorang guru harus memiliki strategi
dan wawasan. Wawasan tentu tidak hanya satu mazhab. Mereka boleh mengambil
pendapat Imam Syafi’i, Maliki,
Hanafi, dan Hanbali serta boleh menyakini satu mazhab tapi tidak fanatisme. Perbedaan
tidak menjadikan polemic. Karena perbedaan hal yang unik dan menarik.
Ilustrasi strategi ini bisa kita
baca cerita berikut dan kita jadikan
sebagai bahan untuk menambah wawasan dan strategi sebagai guru yang ingin
sukses. Ada seorang raja yang matanya tidak ada sebelah kiri. Si raja meminta para
pelukis untuk melukisnya. Sehingga dipanggil tiga orang pelukis. Pelukis pertama,
“coba kamu lukis saya”, kata si
raja. Kemudian pelukis tersebut melukis raja dengan mata sebelah kirinya tidak
ada. Spontan raja marah dan memerintahkan pengawalnya untuk membunuhnya. Dipanggil
pelukis kedua. Melihat kawannya dipancung, si pelukis kedua melukis si raja
dengan kedua mata yang utuh. Kemudian si raja juga marah dan si pelukispun
dipancung. Pelukis ketiga pun dipanggil. Pelukis ini berfikir dan belajar dari
pengalaman dua pelukis sebelumnya ia bertanya dala hatinya, “apa yang
membuat mereka dibunuh?”. Akhirnya pelukis
tersebut melukis si raja membidik sesuatu dengan panahnya. Spontan si raja
senang, karena dalam lukisan itu si raja membidik sambil memejamkan mata
kirinya. Si pelukis pun tidak dibunuh tapi raja malah menikahkan putrinya
dengan pelukis tersebut.
Kondisi pelukis pertama adalah orang
yang jujur tidak cerdas. Pelukis yang kedua adalah oportunis (penjilat). Yang ketiga
adalah jujur dan cerdas dalam melihat situasi. Keberhasilan ditentukan sejauh
mana kemampuan guru mencermati kondisi dan fakta. Seperti kemampuan Suku
Quraiys membaca peta perdagangan.
d.
Mengabdi kepada Yang Memiliki Ka’bah (فَلْيَعْبُدُوا
رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ)
Kesuksesan
tidak akan terlepas dari intervensi Allah Swt. maka tunaikanlah semua kewajiban
atas
dasar
keihklasan kepadaNya. Segala sesuatu yang dilakukan karena mengharap ridho
ilahi, maka kegiatan tersebut akan diberkahi. Bukankah keberkahan tujuan dari
kehidupan ini. Dan Allah Swr. tidak suka orang yang beramal bukan karena Allah.
Bahkan amalan itu akan ditolak. Allah Swt. akan menjamin kelangsunagan hidup
seseorang tersebut jika benar-benar mengabdi kepadaNya. Jaminan itua adalah:
1.
Terhidnar dari rasa lapar (الَّذِي
أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ)
2.
Diberikan rasa aman (وَآَمَنَهُمْ
مِنْ خَوْفٍ)
Bukankah
yang kita harapkan di dunia ini adalah terhindar dari kelaparan dan keamanan
yang optimal. Semua itu akan terpenuhi jika pengabdian kepada Allah Swt. lebih
diutamakan dari segala-segalanya. Wallahu ‘alam
Semoga
menjadi inspirasi bagi kita semua. Khususnya untuk cik gu…