marquee

Selamat Datang di Blog Kami

welcome

Berbagi itu Indah dan Senyum itu Sedekah

Rabu, 15 Agustus 2012

Perspektif Aidil Fitri pada Makanan Halalan Tayyiban

Banyak orang mengartikan "adil fitri" dengan kembali kepada kesucian. Karena selama satu bulan penuh ditempa dan dibina oleh puasa di bulan ramadhan menjadikan orang-orang beriman yang berpuasa kembali suci bagaikan bayi yang baru lahir atau seumpama kertas kosong yang belum dicoret dan ditulis. tapi ironisnya banyak orang yang berpuasa  sekedar menggugurkan kewajiban bahwa dia telah menunaikan ibadah puasa hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja sementara amalan-amalan yang lain tidak dikerjakan dan bahkan anggota tubuh pun tidak terjaga baik, mulut yang sering berkata kotor, mata yang selalu lirik sana-sini dan digunakan menonton acara-acara yang dianggap mengurangi ibadah puasa dan banyak yang lainnya sehingga ketika 1 syawal datang mereka dianggap kembali suci (aidil fitri) karena puasanya satu bulan penuh, ini sungguh ironis sekali. Fitrah itu artinya banyak bisa berarti suci, bersih, kewajiban, naluri dan berbuka atau sarapan. Penulis lebih terkesan arti Fitri di sini berbuka atau sarapan. Seakar dari kata alifthar ( berbuka ) atau futhuur ( sarapan ). Sedangkan "aid" adalah sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang. Maka hari-hari besar tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang disebut 'aid. Hari raya disebut 'aid karena pelaksanaanya dilakukan secara kebiasaan. sebagaimana Allah firmankan dalam Alamaidah ayat 114 :

qaala 'iisaa ibnu maryamallaahumma rabbanaa anzil 'alaynaa maa-idatan mina ssamaa-i takuunu lanaa 'iidan li-awwalinaa waaakhirinaa waaayatan minka warzuqnaa wa-anta khayru rraaziqiin 

[5:114] Isa putera Maryam berdo'a: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama". 

'Aidil Fitri adalah hari kembalinya muslimin dan muslimah sarapan dan makan. Jika diartikan lebaran maka lebaran identik dengan makanan. Hampir di setiap rumah memiliki makanan khas baik berupa kue, lontong maupun nasi yang telah dipersiapkan untuk keluarga, karib-kerabat, tetanggan dan teman-teman. Rasulullahpun sebelum beliau berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat 'aidil fitri terlebih dahalu makan beberapa biji kurma dan halib (susu murni).Berbeda dengan 'aidil adha beliau berpuasa sebentar menjelang shalat aid dan selepas menunaikan ibadahnya beliau makan. Hal di atas menguatkan bahwa 'aidil fitri adalah kembalinya kita untuk makan seperti biasa.
Namun yang sangat subtansial adalah bukan aidul fitri nya tetapi lebaran yang dirayakan dengan cara halal dan tayyib sesuatu yang ditekankan alquran. Meskipun makanan yang disajikan begitu indah dan mewah karena kegembiraan dan untuk menjaga kuatnya silaturrahim sementara kualitasnya tidak sesuai dengan syari'at akan berakibat haram dan menjadi maksiat. Alquran sangat sering membicarakan makanan dari segi kehalalan dan thayyib (baik, proporsional) di antaranya :
 1. Almaidah : 88
wakuluu mimmaa razaqakumullaahu halaalan thayyiban wattaquullaahalladzii antum bihi mu/minuun
[5:88] Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. 

2. Alanfal : 69
fakuluu mimmaa ghanimtum halaalan thayyiban wattaquullaaha innallaaha ghafuurun rahiim
[8:69] Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

1. Albaqarah : 168
yaa ayyuhaa nnaasu kuluu mimmaa fii l-ardhi halaalan thayyiban walaa tattabi'uu khuthuwaati sysyaythaani innahu lakum 'aduwwun mubiin
[2:168] Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu

Memakan makanan yang halal dan tayyib (baik dan layak untuk dimakan) akan mempengaruh tubuh seseorang dan termasuk jiwa nya. jika nutrisi itu baik dan layak tentu akan bedampak baik secara lahir kepada kondisi tubuh dan jika makan itu halal tentu akan berdampak suci terhadap jiwa sesorang sementara jika salah satu diantara tidak terpenuhi, bisa saja makan itu halal tapi tidak tayyib atau tayyib tapi haram sangat berdampak terhadap fisik dan jiwa atau lahir dan batin nya. Dan termasuk yang tayyib adalah yang baik dampak atau akibatnya:

waaatuu nnisaa-a shaduqaatihinna nihlatan fa-in thibna lakum 'an syay-in minhu nafsan fakuluuhu hanii-an marii-aa
[4:4] Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan267. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibat.

Jika kita memberikan makanan orang dewasa terhadap anak kecil tentu tidaklah baik akibatnya bagi mereka begitu juga memberikan makanan yang terlalu manis terhadap orang yang menderita penykit kencing manis atau makanan terlalu asin terhadap orang yang tekanan darahnya tinggi.


Hendaknyalah menjadi renungan bagi kita untuk memperhatikan proporsionalitas dalam perayaan lebaran ini. janganlah terlalu berlebihan, karena Allah tidak suka terhadap orang yang berlebihan dalam segala hal termausk dalam makan dan minum :

yaa banii aadama khudzuu ziinatakum 'inda kulli masjidin wakuluu wasyrabuu walaa tusrifuu innahu laa yuhibbu lmusrifiin
[7:31] Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid534, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan535. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. 

Karena berlebihan adalah sifatnya setan dan orang munafik. wallahu'alam


Tidak ada komentar: