marquee

Selamat Datang di Blog Kami

welcome

Berbagi itu Indah dan Senyum itu Sedekah

Minggu, 05 Agustus 2012

Ramadhan sebagai therapi


Bila diperhatikan dengan seksama. Kadang kita merasa ragu terhadap efektivitas ramadhan. Ramadhan itu adalah therapy spiritual. Di dalamya ada obat yang bisa menyehatkan, sebagaimana janji Rasulullah Saw, shumu tashihu (berpuasalah, niscara kamu sehat). Ramadhan berulang kali hadir, tetapi spiritual kita, terasa tidak pernah beranjak dari status yang lalu-lalu. Mengapa hal itu terjadi ?

Pernahkah memperhatikan orang yang sedang berkonsultasi ke dokter, atau psikiater ? andaipun, tidak memperhatikannya, mungkin kita pernah konsultasi, membicarakan masalah kesehatan kita. Pada saat kita hadir didepan meja kerja dokter atau psikiater, dengan santun, beliau mempersilahkan kita duduk. Setelah duduk, kemudian, beliau bertanya kepada kita mengenai identitas, mulai dari nama, umur dan alamat tinggal. Sampai pada bagian-bagian detilnya, yaitu menanyakan keluhan yang kita alami saat ini.
Apa yang dirasakan ibu ? sudah berapa lama ? makan apa sebelumnya ? atau mengalami apa yang sebelumnya, dan sudah pernah berobat ke mana ? mana obat yang selama ini dikonsumsi ? dan lain sebagainya. Pertanyaan itu, bisa lebih banyak lagi bila dirinci. Pertanyaan itu, bisa lebih banyak lagi, bergantung pada jenis penyakit yang kita rasakan saat itu.
Bagi kalangan tenaga kesehatan, proses seperti ini, disebutnya anamnesis atau proses wawancara. Bagi seorang dokter,wawancara dengan pasien, merupakan kebutuhan mutlak, sebelum melakukan tindakan medis atau perawatan kesehatan.
Betul. Seorang dokter memiliki pengetahuan dan menguasai teknologi kesehatan. Tetapi, tahapan anamnesis tetap harus dilakukan. Karena melakukan diagnosis, bisa dilakukan dengan cara anamnesis. Bahkan, anamnesis ini, dapat dijadikan informasi tambahan mengenai penyakit yang diderita pasien.
Alangkah malangnya dokter, dan celakanya seorang pasien, bila pasien itu tidak memberikan informasi yang benar. Dokter akan mengalami kebingunan analisis, bila pasien mengemukakan keluhan yang berbeda dengan penyakit yang dideritanya. Ada banyak kemungkinan, dalam menghadapi kasus ini. Pertama, pasien tidak percaya terhadap pernyataan dokter mengenai jenis penyakit yang sedang dideritanya. Dokter mengatakan, “sakit A”, sementara pasien tidak mau mengakuinya. Kedua, dokter akan percaya pada penjelasan pasien, dan memberikan tindakan medis yang sesuai dengan penjelasan pasien itu sendiri. Akhirnya, akan terjadi malpraktek. Ini bisa terjadi, bila petugas kesehatan, bertindak sembarangan, dan hanya menyandarkan pada informasi dari pasien saja. Ketiga, pasien tidak akan menaati treatmen (tindakan) medis dari dokter, seperti obat dan therapi yang lainnya, dan akibatnya keluhan atau penyakitnya itu tidak kunjung sembuh juga.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya. Kadang kita amat serius, mensikapi masalah kesehatan fisik. Ketika kita merasa ada keluhan, kita langsung mencari dokter (tenaga kesehatan fisik), dengan maksud untuk mendapatkan pelayanan dan perawatan kesehatan. Bagaimana dengan kesehatan mental atau kesehatan spiritual kita ?
Ramadhan datang setiap tahun. Tetapi, kita merasa belum memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan perilaku, dan perubahan spiritual kita. Bila kita artikan, ramadhan itu sebagai sebuah therapi, apa masalah yang sedang terjadi pada kita selama ini ? mengapa, setiap ditherapi kita belum juga merasa lebih baik, belum juga merasa sehat lagi ? apa yang sedang terjadi pada kita saat ini ?
Mengikuti dan memperhatikan peristiwa serta proses yang kita jalani pada saat meminta bantuan kesehatan kepada dokter fisik, setidaknya, kita menemukan ada beberapa masalah yang potensial terjadi pada kita.
Pertama, kita tidak secara jujur dan terbuka dalam proses anamnesis. Artinya, pernah kita secara jujur pada dirinya, dan kepada Allah Swt, mengenai apa yang menjadi keluhan dalam hidup ini. Pernah kita mengeluhkan hidup ini kepada Allah Swt ? dalam bahasa Agama, pernah kita dzikir atau berdoa kepada Allah Swt ?
Mengeluhkan nasib kepada sesama manusia, hanya akan memperluas pengetahuan orang lain mengenai masalah kita. Masalah kitapun, tidak akan pernah selesai dengan sekedar diobrolkan. Mengeluhkan nasib kita kepada Allah Swt, Allah Swt akan turun menyelesaikan masalah yang tidak bisa dipikul oleh kita. Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan, dan serahkan kepada Allah berbagai masalah yang tidak bisa kita pikul. Itulah yang disebut proses anamnesis spiritual seorang muslim dengan Allah Swt.
Setiap hari kita konsultasi dengan Allah. Minimalnya melalui shalat 5 waktu dalam sehari semalam. Shalat pada dasarnya, adalah waktu konsultasi dengan Allah Swt. Tetapi, sadarkah kita, jujurkah kita, curhatkan kita kepada Allah Swt mengenai apa yang sedang kita hadapi saat ini ? alih-alih curhat dengan jujur dan khusyu, konsultasi dengan Allah Swt, seringkali ditunjukkan seperti orang yang merasa tidak butuh.
Kedua, bila kita abai terhadap pertanyaan Allah Swt, apabila kita tidak serius mencurahkan perasaan dan keluhan hidup kita dihadapan Allah Swt, mana mungkin Allah Swt memberikan solusi terbaik kepada kita ? dokter pun akan abai kepada kita, disaat kita tidak memberikan penjelasan mengenai keluhan yang diderita. Orang yang abai saat konsultasi, bisa diartikan atau bisa dimaknai sebagai orang yang tidak peduli, dan tidak butuh dengan apa yang sedang dialaminya.
Perintah Allah Swt, “berdoalah, niscaya akan Aku Kabulkan”. Ini adalah janji Allah Swt. Artinya, bila kita mencurhatkan masalah hidup kita secara serius kepada Allah Swt, kelak Allah akan memberikan pertolongannya dalam memecahkan masalah-masalah hidup kita. Karena itu, curhatkanlah secara seksama, dengan maksud supaya tindakan spiritual yang Allah Swt berikan kepada kita, dapat menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi saat ini.
Ketiga, jangan-jangan, kita termasuk pada pasien yang nakal. Maksud dari pasien nakal itu, adalah pasien yang tidak mau nurut dengan therapi yang diberikan dokter. Menurut versi dokter, kita dianjurkan minum obat, 3 x 1 dalam sehari. Boro-boro meminum obat sesuai anjuran itu, bahkan obat itu pun dibuangnya sendiri ke tempat sampah. Sesering apapun anda konsultasi dengan dokter, bila therapi yang diberikan dokter tidak dijalani, maka pemulihan kesehatan akan sulit diwujudkan secara efektif.
Ini kisah seorang sahabat. Dia saudah tahu, berpenyakit kolesterol dan diabets. Menurut dokter, dia harus menjaga pola makan dan sejumlah makanan tertentu. Karena merasa sudah sehat, dia abaikan nasehat itu. Tahu-tahunya, kedua penyakit itu kambuh lagi, dan bahkan, penyakit itu sangat parah. Kakinya membusuk, hingga dalam hitungan minggu, beliau tidak bisa diselamatkan lagi. Beliau ini, mengalami nasib buruk, karena mengabaika nasihat dokter mengenai pola makan dan gaya hidup.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang sedang dihadapi oleh kita saat ini. Ramadhan adalah therapi spiritual yang disediakan Allah Swt, untuk meningkatkan kualitas kesehatan hidup kita. Persoalannya, adalah apakah kita menjalani proses ibadah shaum ramadhan ini secara baik dan benar ? apa yang akan terjadi, bila langkah-langkah pengobatan spiritual selama ramadhan ini, tidak kita jalankan ? apakah kesehatan kita akan pulih ?
Terakhir, hal yang paling buruk lagi, seringkali, kenakalan kita dalam menjalani therapi dari dokter, kita malah menyalahkan dokter itu sendiri. Sesudah berkonsultasi berulang kali, tapi tidak juga kunjung sembuh, dia malah menyalahkan tenaga medis tersebut. “Sudah mahal, obatnya tidak manjur”. Dokter tidak profesional. Dokter tidak berkualitas. Umpatan-umpatan itu, dan yang sejeninya berhamburan, sebagai bentuk kekesalan terhadap berbagai therapi yang tidak efektif dalam menyembuhkan penyakit yang dideritanya selama ini.
Bila diperhatikan dengan seksama. Kadang kita merasa ragu terhadap efektivitas ramadhan. Ramadhan itu adalah therapy spiritual. Di dalamya ada obat yang bisa menyehatkan, sebagaimana janji Rasulullah Saw, shumu tashihu (berpuasalah, niscara kamu sehat). Ramadhan berulang kali hadir, tetapi spiritual kita, terasa tidak pernah beranjak dari status yang lalu-lalu. Mengapa hal itu terjadi ? mari renungkan bersama.

Tidak ada komentar: