Setiap makhluk diberikan Allah fitrah atau naluri untuk hidup berkelompok. Kelompok-kelompok tersebut dibangun biasanya berdasarkan unsur kesamaan yang mereka miliki. Kelompok makhluk Tuhan inilah yang disebut dengan nama ummat, dan manusia adalah salah satu bentuk kelompok tersebut. Akan tetapi, dari sekian banyak bentuk ummat, dalam al-Qur’an terdapat istilah khairu ummah yang berarti umat terbaik; sebuah penamaan yang diperuntukan bagi umat Islam. Kata Khairu Ummah tersebut terdapat dalam surat Ali ‘Imran [3]: 110
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ…
Artinya: “Adalah kamu sebaik-baik umat yang diutus untuk manusia menyuruh berbuat baik (ma’ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar dan beriman kokoh kepada Allah…”
Ummat seperti yang telah disebutkan, ia diartikan sebagai suatu kelompok yang dihimpun oleh suatu kesamaan. Kesamaan itu bisa agama, waktu, tempat, jenis dan sebagainya. Oleh karena itulah, burung yang diikat kesamaan jenis sebagai binatang yang memiliki sayap dan terbang, dalam al-Qur’an disebut umat. Seperti yang terdapat dalam surat al-An’am [6]: 38
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ....
Artinya: “Dan tidak satupun binatang melata di bumi dan tidak pula burung yang terbng mengembangkan kedua sayapnya kecuali mereka adalah umat-umat seperti kamu…”
Umat Muhammad saw adalah umat terbaik dari semua aspek yang mengikat kesamaan tersebuat. Misalnya dari sisi agama, betapa tidak karena Allah swt telah menegaskan dalam surat al-Maidah [5]: 6, “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku sempurnakan atas kamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam sebagai agamamu”. Agama Islam yang dibawa nabi Muhammad saw adalah agama yang paling terakhir dan paling sempurna. Sebab, tidak ada lagi nabi yang akan diutus Allah untuk merobah ajaran agama ini. Segala sesuatunya telah sempurna dan tidak akan megalami perobahan sampai akhir zaman. Hal ini tentu berbeda dengan agama dan ajaran nabi untuk umat-umat lalu, yang hanya berlaku untuk waktu tertentu dan umat tertentu. Inilah bukti bahwa umat Islam sebagai umat terbaik dari sisi agama.
Dari segi waktu atau masa hidup, umat Islam juga merupakan umat terbaik. Sebab, dalam surat al-Hadid [57]: 9, Allah swt berfirman, “ Dialah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang nyata supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang dan sesungguhnya Allah terhadap kamu maha pengampun lagi penyayang”. Hal itu menunjukan bahwa umat Muhammad hidup dalam masa dan kedaan, yang jauh lebih baik dari umat lalu. Sebab, umat lalu hidup dalam zaman kegelapan, baik akidah maupun peradaban. Saat ini umat Islam telah mencapai apa yang zaman dulu mustahil bagi manusia, seperti naik pesawat, mobil dan sebagainya.
Umat Islam juga umat terbaik dari sisi wilayah atau tenpat tinggal. Betapa tidak, bahwa di manapun negara Islam atau negara yang berpenduduk muslim merupakan negara yang kaya raya. Seperti Indonesia yang merupakan negara paling subur dan disebut sebagai “sorga Allah” di bumi. Negara-negara Arab, walaupun tidak subur tetapi kaya dengan sumber-sumber minyak yang menjadi urat nadi kehidupan dunia. Begitulah Allah jadikan umat Islam sebagai umat terbaik dari segi tempat tinggal.
Dari segi jenis sudah dapat dipastikan bahwa jenis manusia adalah umat terbaik bila dibandingkan jenis lain, “Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan” (Q.S. at-Tin [95]: 4.
Namun demikian, jika kita kembali kepada surat Ali Imran [3]: 110 tentang pembicaraan Allah terhadap umat Islam sebagai umat terbaik, akan ditemukan sebab yang menjadikan kondisi dan sebutan itu tetap melekat pada diri mereka. Umat Muhammad saw. akan tetap menjadi umat terbaik disebabkan tiga hal; yaitu,
1. Menyuruh kepada yang baik (Ma’rûf)
Ma’rûf adalah perbuatan yang baik, tidak hanya baik menurut aturan syari’at yang digariskan Allah swt, tetapi juga yang dianggap baik menurut pandangan manusia kebanyakan, selama tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama. Norma yang sudah berlaku ditengah masyarakat dan tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama disebut ma’rûf, dan umat Muhammad saw. berkewajiban menegakannya.
Namun demikian, menegakan yang ma’rûf tidaklah pekerjaan gampang. Karena pelaksaannya bisa sempurna kalau umat Islam menjadi penguasa dan pemegang sekaligus pengambil kebijakan. Itulah agaknya kenapa kata pemimpin yang mesti dipatuhi, Allah sebutkan dalam surat an-Nasa’[4]:59 dengan Uli al-Amr, berasal dari kata Amar yang berarti menyuruh. Hal itu menunjukan bahwa pelaksanaan Amar Ma’rûf bisa sempurna kalau dilakukan oleh penguasa atau pemerintah. Dengan demikian, umat Muhammad saw. menjadi umat terbaik kalau mereka yang menjadi penguasa, pengambil kebijakan dan menjalankan kebijakan tersebut.
2. Mencegah dari perbuatan munkar
Munkar berarti perbuatan yang tidak dikenal sebagai kebaikan, baik oleh agama maupun oleh masyarakat, selama tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama. Oleh karena itu, adat istiadat yang berlaku di tengah masyarakat tidak boleh dilanggar, karena hal itu berarti munkar sekalipun tidak melanggar agama. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia merobahnya dengan tangannya (kekuasaannya), jika tidak mampu robahlah dengan lidahnya, jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah”.
3. Beriman kokoh kepada Allah
Iman yang kokoh tidak diperoleh dengan cara yang gampang. sebab, syaithan telah berjanji dan bersumpah dihadapan Tuhan akan menggelincirkan iman manusia bahkan akan mencabutnya dari dalam hati manusia, sehingga mereka menjadi pengikutnya. Untuk memiliki iman yang kokoh manusia harus memiliki beberapa hal, yaitu;
a. Ilmu yang luas
Hal ini dikerenakan kebodohan merupakan gerbang utama syaithan menggoyahkan dan memalingkan manusia dari kebenaran. Seperti yang disebutkan Allah swt dalam surat an-Nisa’[4]: 120, “Syaithan menjanjikan mereka janji-janji kosong dan membuat angan-angan mereka panjang, padahal janji syaithan itu hanyalah tipu daya saja”. Adalah sudah menjadi sebuah kepastian, bahwa kebodohan menjadikan seseorang tidak punya pendirian, karena dengan mudah orang lain merobah dirinya termasuk juga keyakinannya.
b. Kematangan materi
Untuk tidak menyebut kaya, karena kekayaan juga bersifat relatif dalam pandangan manusia. Tetapi, bahwa syarat seorang bisa memiliki iman yang kokoh adalah memiliki kecukupan harta, sehingga dia tidak memiliki ketergantungan kepada pihak lain. Sebab, kemiskinan juga gerbang utama syaithan menggelincirkan bahkan mencabut iman manusia seperti dalam surat al-Baqarah [2]: 268, “Syaithan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji, dan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia dari sisi-Nya dan Allah Maha Luas Karunia-Nya lagi Maha Mengetahui”. Betapa banyak hari ini kita saksikan, sebagian manusia yang rela meninggalkan keyakinannya hanya karena “sesuap nasi” atau “sebungkus supermi”. Benar sekali apa yang pernah dikatakan Rasullah saw kâda al faqru an yakûna kufran (Kefakiran dekat kepada kekafiran).
c. Sehat fisik, mental maupun rohani
Iman yang kuat bisa diperoleh dalam badan yang sehat, karena penyakit juga merupakan gerbang masuknya godaan syaithan. Itulah yang terjadi pada diri salah seorang nabi Allah, Ayyub as, “Dan ingatlah hamba Kami Ayyub ketika dia memanggil Tuhannya sesungguhnya saya digoda syaitahn dengan penyakit dan derita saya” (Q.S. Shad [38]: 41). Betapa seringkali manusia mengumpat dan mencela, ketika mereka ditimpa penyakit. Bahkan ada sebagian manusia yang “menggerutu” kepada Allah bahkan berpaling dari agamanya.
Oleh karena itu, umat Muhammad saw. akan tetap sebagai uamt terbaik, jika memiliki iman yang kokoh melalui ilmu yang luas, kemapanan materi dan kesehatan jasamani dan rohani. Bila ini tidak dimiliki maka umat terbaik hanyalah sebuah impian yang tidak akan pernah terwujud.
READ MORE - Khairu Ummah (Umat Terbaik)
Tweet
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ…
Artinya: “Adalah kamu sebaik-baik umat yang diutus untuk manusia menyuruh berbuat baik (ma’ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar dan beriman kokoh kepada Allah…”
Ummat seperti yang telah disebutkan, ia diartikan sebagai suatu kelompok yang dihimpun oleh suatu kesamaan. Kesamaan itu bisa agama, waktu, tempat, jenis dan sebagainya. Oleh karena itulah, burung yang diikat kesamaan jenis sebagai binatang yang memiliki sayap dan terbang, dalam al-Qur’an disebut umat. Seperti yang terdapat dalam surat al-An’am [6]: 38
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ....
Artinya: “Dan tidak satupun binatang melata di bumi dan tidak pula burung yang terbng mengembangkan kedua sayapnya kecuali mereka adalah umat-umat seperti kamu…”
Umat Muhammad saw adalah umat terbaik dari semua aspek yang mengikat kesamaan tersebuat. Misalnya dari sisi agama, betapa tidak karena Allah swt telah menegaskan dalam surat al-Maidah [5]: 6, “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku sempurnakan atas kamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam sebagai agamamu”. Agama Islam yang dibawa nabi Muhammad saw adalah agama yang paling terakhir dan paling sempurna. Sebab, tidak ada lagi nabi yang akan diutus Allah untuk merobah ajaran agama ini. Segala sesuatunya telah sempurna dan tidak akan megalami perobahan sampai akhir zaman. Hal ini tentu berbeda dengan agama dan ajaran nabi untuk umat-umat lalu, yang hanya berlaku untuk waktu tertentu dan umat tertentu. Inilah bukti bahwa umat Islam sebagai umat terbaik dari sisi agama.
Dari segi waktu atau masa hidup, umat Islam juga merupakan umat terbaik. Sebab, dalam surat al-Hadid [57]: 9, Allah swt berfirman, “ Dialah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang nyata supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang dan sesungguhnya Allah terhadap kamu maha pengampun lagi penyayang”. Hal itu menunjukan bahwa umat Muhammad hidup dalam masa dan kedaan, yang jauh lebih baik dari umat lalu. Sebab, umat lalu hidup dalam zaman kegelapan, baik akidah maupun peradaban. Saat ini umat Islam telah mencapai apa yang zaman dulu mustahil bagi manusia, seperti naik pesawat, mobil dan sebagainya.
Umat Islam juga umat terbaik dari sisi wilayah atau tenpat tinggal. Betapa tidak, bahwa di manapun negara Islam atau negara yang berpenduduk muslim merupakan negara yang kaya raya. Seperti Indonesia yang merupakan negara paling subur dan disebut sebagai “sorga Allah” di bumi. Negara-negara Arab, walaupun tidak subur tetapi kaya dengan sumber-sumber minyak yang menjadi urat nadi kehidupan dunia. Begitulah Allah jadikan umat Islam sebagai umat terbaik dari segi tempat tinggal.
Dari segi jenis sudah dapat dipastikan bahwa jenis manusia adalah umat terbaik bila dibandingkan jenis lain, “Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan” (Q.S. at-Tin [95]: 4.
Namun demikian, jika kita kembali kepada surat Ali Imran [3]: 110 tentang pembicaraan Allah terhadap umat Islam sebagai umat terbaik, akan ditemukan sebab yang menjadikan kondisi dan sebutan itu tetap melekat pada diri mereka. Umat Muhammad saw. akan tetap menjadi umat terbaik disebabkan tiga hal; yaitu,
1. Menyuruh kepada yang baik (Ma’rûf)
Ma’rûf adalah perbuatan yang baik, tidak hanya baik menurut aturan syari’at yang digariskan Allah swt, tetapi juga yang dianggap baik menurut pandangan manusia kebanyakan, selama tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama. Norma yang sudah berlaku ditengah masyarakat dan tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama disebut ma’rûf, dan umat Muhammad saw. berkewajiban menegakannya.
Namun demikian, menegakan yang ma’rûf tidaklah pekerjaan gampang. Karena pelaksaannya bisa sempurna kalau umat Islam menjadi penguasa dan pemegang sekaligus pengambil kebijakan. Itulah agaknya kenapa kata pemimpin yang mesti dipatuhi, Allah sebutkan dalam surat an-Nasa’[4]:59 dengan Uli al-Amr, berasal dari kata Amar yang berarti menyuruh. Hal itu menunjukan bahwa pelaksanaan Amar Ma’rûf bisa sempurna kalau dilakukan oleh penguasa atau pemerintah. Dengan demikian, umat Muhammad saw. menjadi umat terbaik kalau mereka yang menjadi penguasa, pengambil kebijakan dan menjalankan kebijakan tersebut.
2. Mencegah dari perbuatan munkar
Munkar berarti perbuatan yang tidak dikenal sebagai kebaikan, baik oleh agama maupun oleh masyarakat, selama tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama. Oleh karena itu, adat istiadat yang berlaku di tengah masyarakat tidak boleh dilanggar, karena hal itu berarti munkar sekalipun tidak melanggar agama. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia merobahnya dengan tangannya (kekuasaannya), jika tidak mampu robahlah dengan lidahnya, jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah”.
3. Beriman kokoh kepada Allah
Iman yang kokoh tidak diperoleh dengan cara yang gampang. sebab, syaithan telah berjanji dan bersumpah dihadapan Tuhan akan menggelincirkan iman manusia bahkan akan mencabutnya dari dalam hati manusia, sehingga mereka menjadi pengikutnya. Untuk memiliki iman yang kokoh manusia harus memiliki beberapa hal, yaitu;
a. Ilmu yang luas
Hal ini dikerenakan kebodohan merupakan gerbang utama syaithan menggoyahkan dan memalingkan manusia dari kebenaran. Seperti yang disebutkan Allah swt dalam surat an-Nisa’[4]: 120, “Syaithan menjanjikan mereka janji-janji kosong dan membuat angan-angan mereka panjang, padahal janji syaithan itu hanyalah tipu daya saja”. Adalah sudah menjadi sebuah kepastian, bahwa kebodohan menjadikan seseorang tidak punya pendirian, karena dengan mudah orang lain merobah dirinya termasuk juga keyakinannya.
b. Kematangan materi
Untuk tidak menyebut kaya, karena kekayaan juga bersifat relatif dalam pandangan manusia. Tetapi, bahwa syarat seorang bisa memiliki iman yang kokoh adalah memiliki kecukupan harta, sehingga dia tidak memiliki ketergantungan kepada pihak lain. Sebab, kemiskinan juga gerbang utama syaithan menggelincirkan bahkan mencabut iman manusia seperti dalam surat al-Baqarah [2]: 268, “Syaithan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji, dan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia dari sisi-Nya dan Allah Maha Luas Karunia-Nya lagi Maha Mengetahui”. Betapa banyak hari ini kita saksikan, sebagian manusia yang rela meninggalkan keyakinannya hanya karena “sesuap nasi” atau “sebungkus supermi”. Benar sekali apa yang pernah dikatakan Rasullah saw kâda al faqru an yakûna kufran (Kefakiran dekat kepada kekafiran).
c. Sehat fisik, mental maupun rohani
Iman yang kuat bisa diperoleh dalam badan yang sehat, karena penyakit juga merupakan gerbang masuknya godaan syaithan. Itulah yang terjadi pada diri salah seorang nabi Allah, Ayyub as, “Dan ingatlah hamba Kami Ayyub ketika dia memanggil Tuhannya sesungguhnya saya digoda syaitahn dengan penyakit dan derita saya” (Q.S. Shad [38]: 41). Betapa seringkali manusia mengumpat dan mencela, ketika mereka ditimpa penyakit. Bahkan ada sebagian manusia yang “menggerutu” kepada Allah bahkan berpaling dari agamanya.
Oleh karena itu, umat Muhammad saw. akan tetap sebagai uamt terbaik, jika memiliki iman yang kokoh melalui ilmu yang luas, kemapanan materi dan kesehatan jasamani dan rohani. Bila ini tidak dimiliki maka umat terbaik hanyalah sebuah impian yang tidak akan pernah terwujud.