8 Agustus 2013 adalah 1 Syawal 1434 merupakan hari yang dinanti-nanti oleh kaum muslimin dan muslimah setelah 1 bulan penuh melakukan ibadah puasa. 1 Syawal adalah Eidul Fitri. Ia adalah bak sebuah pesta yang dihadiri oleh berbagai kalangan, baik kaya, miskin, yang berpangkat maupun rendahan. Karena memang idul fitri tidak memandang level kehidupan. Semua orang berhak mendapatkan kemengan di hari yang indah itu. hanya ironis saja, ada orang yang tidak berpuasa dengan optimal tiba-tiba bersemangat menyambut idul fitri. apakah karena tradisi yang sudah membumi di negeri tercinta ini dan menganggap idul fitri itu tidak sakral lagi dan lebih identik dengan kemewahan serta penampilan yang serba baru dan modis. Maka tak heran lagi jika menjelang 1 Syawal banyak dipajang berbagai pakaian modis untuk lebaran dengan style artis, sebut aja pakaian ala Ashanti, Syahrini, dan Jasmine istrinya ustadz Solmed bahkan gaya ustadz gaul pun digandrungi seperti baju alah almarhum Ustadz Uje, Solmed, Habsyi dan lainnya. Padahal dalam islam sudah diatur pakaian yang menjadi contoh dan model. Begitulah dunia kapitalisme menyebarkan sayap-sayapnya ke negara yang mayoritas muslim. Mereka tidak hanya mengaruk keuntungan tetapi juga merusak akidah dan ibadah kaum musliin dan muslimah. Padahal kewajaran dan kesederhanaan yang selalau diintruksikan oleh islam. Islam tidak melarang memakai pakaian yang baik dan berkualitas bahkan Alquran menganjurkan untuk memakai pakaian yang indah:
يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا
زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ
لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid .makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan .Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al-'araf:31).
Di akhir ayat disebutkan 'Allah tidak suka orang yang berlebihan'. Berlebihan adalah aksioma Setan dan Iblis. Nuansa berlebihan ini bisa terlihat ketika memperingati 1 Syawal dalam rangka berlebaran. sehingga semua harus lebar dan longgar. Padahal hakikat Idul Fitri itu adalah pemantapan ibadah setelah digambleng oleh bulan Ramadhan. Maka arti dari Syawal itu sendiri adalah peningkatan. Peningkatan ibadah dan kontinuitas bukan kemunduran. Idul Fitri dan Syawal bukan bulan bermaafan dan bersilaturrahmi. Islam telah mengajarkan kepada pengikutnya bahwa bermaafan itu dilakukan jika melakukan kesalahan dan bersilaturrahmi yang sebenarnya adalah menghubungkan hubungan yang terputus bukan berhubungan dengan orang yang sudah berbuat baik kepada kita. Rasulullah mengatakan :
لَيْسَ الوَاصِلُ بِالمُكاَفِئ ِإنَّمَا الوَاصِلُ إِذاَ قَطعَتْ رَحِمُهُ وَصَلهَاَ
Dari Abdillah bin Umar RA, rasulullah bersabda:"bukanlah orang menhubungkan silaturrahmi dengan membalas kebaikan orang lain akan tetapi adalah orang jika terputus hubungannya ia menyambungkannya lagi ( HR. Bukahri).
Dengan demikian, bermaafan dan saling berhubungan tidak mesti menunggu 1 Syawal. Bahkan kita disuruh selalu mengucapkan “Taqobbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).
“Taqobbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).
“Taqobbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).
فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . قال الحافظ : إسناده حسن
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
Saudaraku, marilah kita tinggalkan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Karena orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah jemu untuk merusak akidah dan ibadah kita. Mereka selalu berusaha menjadikan kita untuk bertsyabuh (menyerupai) mereka. Dan jauhkanlah tsyabuh tersebut.
Saudaraku, marilah kita tinggalkan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Karena orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah jemu untuk merusak akidah dan ibadah kita. Mereka selalu berusaha menjadikan kita untuk bertsyabuh (menyerupai) mereka. Dan jauhkanlah tsyabuh tersebut.
وَسُئِلَ
عَنْ حَدِيثِ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: " بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ،
وَجُعِلَ رِزْقِي فِي ظُلِّ رُمْحِي، وَجُعِلَ الذُّلُّ وَالصَّغَارُ عَلَى
مَنْ خَالَفَنِي، وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ "، فَقَالَ:
يَرْوِيهِ الْأَوْزَاعِيُّ وَاخْتُلِفَ عَنْهُ، فَرَوَاهُ صَدَقَةُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّمِينِ وَهُوَ ضَعِيفٌ، عَنْ يَحْيَى، عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَخَالَفَهُ الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ،
رَوَاهُ عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي
مُنِيبٍ الْجُرْشِيِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَهُوَ الصَّحِيح.
Ad-Daaruquthniy pernah ditanya tentang hadits Abu Salamah, dari Abu Hurairah : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Aku diutus menjelang hari kiamat. Dijadikan rizkiku di bawah bayangan tombakku, dan dijadikan kehinaan serta kerendahan atas orang yang menyelisihiku. Dan barangsiapa yang menyerupai satu kaum, maka ia termasuk golongan mereka’. Lalu ia berkata : ‘Diriwayatkan oleh Al-Auza’iy dan terdapat perselisihan padanya. Diriwayatkan oleh Shadaqah bin ‘Abdillah As-Samiin, dan ia seorang yang dla’iif, (dari Al-Auza’iy), dari Yahyaa, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah. Al-Waliid bin Muslim menyelisihinya dimana ia meriwayatkan dari Al-Auza’iy dari Hassaan bin ‘Athiyyah, dari Abul-Muniib Al-Jursyiy, dari Ibnu ‘Umar. Dan inilah yang benar/shahih” [Al-‘Ilal no. 1754]. Tweet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar