marquee

Selamat Datang di Blog Kami

welcome

Berbagi itu Indah dan Senyum itu Sedekah

Minggu, 18 Agustus 2013

Fenomena Penerimaan CPNS di Negeri Ini

"Aduh, kapan ya CPNS dibuka?, seharusnya tahun dan bulan ini sudah ada infonya, padahal sudah lama menunggu". Itulah salah satu dari sekian pertanyaan yang ada dalam benak masyarakat dan kegundahan yang ada di hati. Pegawai Negeri Sipil yang disingkat PNS adalah jabatan yang sangat diimpikan semua orang. menjadi PNS bak meraup keuntungan yang luar biasa. betapa tidak, untuk gaji saja ada yang sampai gaji ke-13 apalagi PNS di lingkungan pemerintahan. Namum menjadi CPNS tidaklah mudah. jalan yang ditempuh tidak lah mulus karena ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. meskipun ada calo tapi belum tentu bisa dipercaya. CPNS ada ujian administrasi, tertulis, dan interview. namun meskipun ada yang bisa melalui tahap-tahap tersebut dengan jujur tapi masih banyak yang melaluinya dalam bentuk formalitas karena nama-nama CPNS sudah ada. inilah yang sedang berkembang di tengah masyarakat dengan istilah titipan. titipan yang berasal dari berbagai elite dan kalangan. bisa jadi dari elite eksekutif, legislatif, dan yudikatif bahkan kelompok-kelompok penekan tertentu (pressure group). maka budaya menitip adalah warisan sehingga yang menjabat secara regenerasi adalah orang-orang tertentu yang berasal dari kalangan tertentu. maka tidak diherankan lagi dalam satu keluarga itu hampir semuanya PNS, mulai dari ayah, ibu, anak, menantu bahkan sampai saudara.

perekruitan CPNS tidak terlepas dari KKN. banyak masyarakat yang memberikan uang untuk mendapatkan posisi tertentu. mereka mengikuti tes yang dilakukan sebatas formalitas saja. karena nama mereka sudah sampai ke BK (Badan Kepegawaian) pusat atau daerah. mungkin ada yang fair dalam pelaksanaan perekruitan tapi volumenya sangat kecil.

Penulis ingin menggunakan lensa kebenaran intersubyektif ini untuk memotret fenomena penerimaan CPNS di negeri ini, yang. Sering kita mendengar istilah dari masyarakat, “rahasia umum”, “tradisi”, “budaya”, atau bahkan “bukan rahasia lagi”, bahwa penerimaan CPNS yang berlangsung hanya formalitas belaka. Sebab, orang-orang yang akan mengisi formasi yang dibutuhkan sudah ada. Mereka masuk melalui jalur yang sama dengan calon peserta tes lainnya, namun dengan “modal berbeda” dari kebanyakan calon peserta lainnya. “Modal berbeda” itu, dalam istilah yang sudah terlanjur berkembang di masyarakat umum, disebut “jatah”, “titipan”, “jual-beli” dan sebagainya.

“Jatah”, “titipan” dan “jual-beli” dalam penerimaan CPNS, awalnya mungkin dari satu-dua subyek, kemudian terjadi persamaan pengalaman antar subyek satu dengan yang lain. Maka, pengalaman yang sama antar subyek ini menjadi pengalaman intersubyektif. Dan, dalam komunikasi sehari-hari, pengalaman intersubyektif itu muncul dengan istilah “sudah rahasia umum, tradisi, dan sudah budaya, dalam penerimaan CPNS ada jatah si A, ada titipan si B dan sudah di beli si C”.

Sudah jelas, kalau kita sepakat dengan konsep intersubyektif untuk mengukur sebuah kebenaran, maka kecurangan dalam penerimaan CPNS jelas telah menjadi fenomena. Hanya saja untuk membuktikan secara administrasi dan hukum, tentu saja sangat sulit.

Fenomena kecurangan penerimaan CPNS belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Buktinya, ngara kita baru punya satu KPK. Seharusnya, pemerintah membuat dua komisi lagi untuk menuntaskan agenda reformasi ’98, yakni KPK yang K-nya singkatan dari kolusi dan KPN, N-nya singkatan dari nepotisme. Dengan dua komisi baru ini mungkin fenomena kecurangan penerimaan CPNS akan tertangani secara khusus dan sistematis.

Setelah ujian CPNS selesai, hasilnya diumumkan lewat media, maka pengalaman yang memperkuat fenomena kecurangan itu “bergentayangan”. Misalnya, si A, lulus. Dia anaknya Pak Anu (wong gede); si D, tidak lulus, ananya Mang fulan (wong biase, cilik). Padahal secara keilmuan dan kompetensi, misalnya si A jauh dibawah si D pada bidang yang sama.

Kepuasan batin peserta ujian CPNS tidak terpenuhi
Dalam sebuah kompetisi ada yang menang dan ada yang kalah. Begitu juga dalam penerimaan CPNS, ada yang diterima dan yang tidak diterima (baca: lulus dan ada yang tidak lulus). Yang lulus harus bersyukur dengan cara bertanggungjawab penuh melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Yang tidak lulus harus menerima dengan legowo.

Menerima dengan legowo terhadap hasil tes ini hanya terjadi ketika ulangan harian di sekolah. Yang nailainya besar puas, dan yang nilainya kecil menerima dengan ikhlas. Rahasianya adalah lembar jawaban masing-masing siswa dikembalikan dan kunci jawaban di simak secara bersama-sama. Dengan begitu semua siswa bisa melihat sendiri dimana letak kesalahan jawaban yang mereka berikan pada saat tes/ujian.

Seandainya saja proses penerimaan CPNS seperti ulangan di sekolah, tentu tidak akan muncul gunjingan bahkan kesaksian kecurangan setelah hasil tes diumumkan. Apalagi gunjingan dan kesaksian yang berifat kolektif dan intersubyektif seperti disebutkan di atas. Pengandaian ujian ala anak sekolah ini secara teknis mungkin terlalu naïf, dan akan segera dijawab tidak mungkin bisa dilakukan!

Di era teknologi informatika, transparansi di segala bidang bisa dilakukan, termasuk ihwal penerimaan CPNS. Penggunaan teknologi sejak sosialisasi formasi yang tersedia, pendaftaran, tes, hingga pengumuman hasil tes, sangat mungkin dilakukan. Andai saja ada kemauan serius dari seluruh pemangku kebijakan di negeri ini. Atau, para menagku kebijakan diuntungkan oleh sistem yang ada hingga tidak mau berfikir bajik!

Sekedar ide sederhana, kita bisa mengunakan jasa Pos untuk memberi balasan (--pasca tes) yang berisi nilai dan kunci jawaban. Atau kunci jawaban dan nilai disertakan dalam pengumuman di media. Lebih canggih, dengan komputerisasi atau internetisasi data hasil ujian yang disertai kunci jawaban, diurutkan berdasar ranking. langkah yang terakhir dengan mengupload semua hasil ujian yang katanya discan oleh suatu universitas terkenal yang ada di sebuah situs tertentu yang sangat mudah diakses. Dengan demikian publik bisa mengaksesnya dan legowo bukan?

Akhirnya semua kembali kepada para penentu kebijakan, apakah ada hasrat untuk
READ MORE - Fenomena Penerimaan CPNS di Negeri Ini

Sabtu, 17 Agustus 2013

Indonesia masih terjajah


Bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan, katanya. Di setiap sudut kota, kampung dan kelurahan dihias sedemikian rupa dengan warna dominan merah dan putih sebagai simbol bendera bangsa. Lampu-lampu kerlap-kerlip dipasang warna-warni menyemarakkan suasana.

Di hari H nanti, tepat tanggal 17 Agustus, biasanya banyak orang memakai baju daerah suku masing-masing dan juga pakaian sesuai dengan profesi cita-cita para murid-murid. Ada yang memakai kostum dokter, insinyur, pilot, polisi, dll.

Upaya untuk memperingati pun dilakukan dengan berbagai cara mulai dari lomba makan kerupuk, lomba memasukkan pensil ke botol hingga panjat pinang dan tangkap belut. Malamnya digelar tirakatan, tumpengan syukuran dan biasanya disertai musik hingar bingar untuk merayakan hari kemerdekaan RI.

Melihat fakta-fakta tersebut, kita jadi patut bertanya neh, “Benarkah kita sudah merdeka?” Itu pertanyaan awal dulu yang sederhana sebelum kita beralih ke pertanyaan lain semisal gimana sih cara mengisi kemerdekaan bila memang kita sudah benar-benar sudah merdeka? Topik inilah yang akan bahas kali ini. So, pantengin terus yah.

    …Indonesia masih terjajah. Selamanya negeri ini akan terjajah bila tak ada kemauan kuat untuk keluar dari penjajahan ini. Ironisnya, sangat sedikit orang yang sadar bahwa bangsa ini masih terjajah…

Indonesia Sudah Merdeka, Benarkah?

Pertanyaan ini wajar banget muncul di remaja cerdas kayak kamu. Soalnya dari pertanyaan sederhana namun kritis inilah nantinya akan membuat kamu melek tentang apa yang sebetulnya terjadi dengan kondisi Indonesia yang katanya sudah merdeka ini.

Secara konstitusi, Indonesia dinyatakan merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 yang dideklarasikan oleh Soekarno-Hatta. Hal inilah yang diyakini oleh mayoritas manusia baik dalam maupun luar negeri tentang kapan hari kemerdekaan Indonesia.

Sejak anak TK hingga Perguruan Tinggi (PT), dari yang lulusan SD sampai yang bergelar profesor sepakat menjawab dengan tanggal tersebut. Dari masyakarat desa hingga masyarakat kota pun akan setuju dengan hal itu.

Faktanya, apa benar Indonesia sudah benar-benar merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945? Merdeka itu kan artinya bebas. Bebas dari penjajahan dalam bentuk apa pun juga. Nah, sekarang yuk kita telusuri apa benar kita sudah terbebas dari penjajahan alias merdeka dalam segala bidang?

    …Fenomena antrean pengisian BBM yang sampai puluhan meter di banyak daerah di Indonesia, mengingatkan kita pada zaman penjajahan Jepang dulu…

Merdeka secara formal konstitusional (halah, bahasanya muluk banget ya, hehe..) Indonesia bisa dibilang sudah. Tapi merdeka secara hakiki alias bebas menentukan nasib sendiri tanpa didikte oleh orang lain, hmm… kayaknya belum. Kok bisa?

Coba lihat aja hal-hal di sekitar kita yang dekat dengan kehidupan kamu. Ketika berangkat sekolah, berapa kamu harus bayar angkot mengingat kenaikan BBM pada bulan lalu yang makin mencekik. Trus,, berapa uang SPP yang harus dibayar ortumu supaya kamu bisa tetap sekolah, harga buku, harga baju seragam dll.

Walhasil, kalo kamu nggak bisa bayar itu semua, jangan harap kamu bisa menikmati bangku sekolah seperti saat ini. Makanya, pantas aja sampai-sampai ada istilah dan buku terbit dengan judul ‘Orang Miskin Dilarang Sekolah’ sebagai sindiran betapa mahalnya harga pendidikan di negeri ini.

Pulang sekolah, kamu pasti merasa lapar apalagi bagi mereka yang uang sakunya dalam keadaan ‘Kanker’ alias ‘Kantong Kering’ dan pas-pasan, jadi gak bisa jajan di kantin sekolah dech. Sesampainya di rumah, makanan belum ada karena ayah ibumu pusing dengan harga sembako yang melambung tinggi.

Sudah mahal, sulit pula dari pasaran. Mau beli matengan juga pastinya mahal. Kalopun beli dengan uang saku yang pas-pasan itu, pasti dapat dikit makanannya. Duh pusing…. katanya Indonesia kaya akan hasil bumi dan tambang minyak bumi, tapi harga minyak dan sembako pada melambung tinggi.

    …Belum lagi antrean yang lainnya semisal beras murah, minyak goreng murah hingga pembagian BALSEM alias BLSM cap “Kepentingan” yang masih pro dan kontra di era Presiden SBY ini…

Fenomena antrean pengisian BBM yang mengular berjajar-jajar sampai puluhan meter di banyak kota dan daerah di Indonesia, mengingatkan kita pada zaman penjajahan Jepang doeloe.

Belum lagi antrean yang lainnya semisal beras murah, minyak goreng murah hingga pembagian BALSEM alias BLSM cap “Kepentingan” yang masih pro dan kontra di era Presiden SBY ini.

Persis kayak zaman Indonesia tempo doeloe ketika kebutuhan pokok sulit diperoleh karena memang itu adalah salah satu taktik penjajah dalam mengendalikan tanah jajahannya, dan untuk menyengserakan rakyat Indonesia. adakah yang beda?

Bedanya kalo di zaman penjajahan doeloe itu para pemimpin mencari cara untuk merdeka hingga titik darah penghabisan, lha kalo pemimpin kita sekarang malah merdeka sendiri sambil duduk di kursi empuk sambil menikmati tetesan keringat dan darah rakyatnya sendiri.

Pemerintah sering berdalih kalo semua kebijakan menaikkan harga BBM adalah untuk mengurangi angka kemiskinan dan menyelamatkan APBN. Kalau banyak orang sanksi dan tidak percaya terhadap tipu-tipu ini, saya sich sangat percaya bahwa niat pemerintah itu tulus.

    …Pemerintah sering berdalih kalo semua kebijakan menaikkan harga BBM adalah untuk mengurangi angka kemiskinan dan menyelamatkan APBN...

    ...Angka kemiskinan memang berkurang drastis karena banyak rakyat mati akibat kebijakan yang sarat dengan nuansa pesanan asing ini …

Angka kemiskinan memang berkurang drastis karena banyak rakyat mati akibat kebijakan yang sarat dengan nuansa pesanan asing ini. Kalo rakyat miskin banyak yang mati kelaparan, secara statistik hal ini akan mengurangi angka kemiskinan yang ada di negeri ini. Ironis!

Seperti inikah potret merdeka yang dicita-citakan oleh negeri ini? Trus, kalo dipikir-pikir, kenapa juga negeri ini seakan-akan sulit sekali meraih kemerdekaan hakiki dalam makna yang sebenarnya, bukan hanya merdeka semu yang setiap tahun diperingati dengan lomba dan upacara. Ternyata semua itu ada jawabannya loh.

Indonesia Masih Terjajah!!!

Yups, Indonesia sebetulnya belum benar-benar merdeka dalam arti sesungguhnya. Negeri ini masih terjajah dalam banyak segi atau bahkan di semua segi kehidupannya. Mulai dari perekonomiannya yang sangat kapitalistik dengan sistem riba dan pendidikan yang sekuler pool.

Kehidupan sosial yang egois dan mementingkan diri sendiri, kebudayaan yang bisanya cuma membebek asing, politiknya berlaku hukum rimba; siapa kuat dia yang menang, pertahanan keamanan yang masih tergantung pada kebijakan Amerika dan sekutunya, penegakan hukum yang tebang pilih, setengah hati, dll.

Belum lagi ideologinya yang nano-nano alias campur-baur antara kapitalis, sekuleris, sosialis demokratis dll… Kalopun Islam mau dipraktekkan hanya sedikit sekali penerapan hukum Islam, yakni untuk urusan perkawinan aja.

    …Negeri ini masih terjajah dalam banyak segi atau bahkan di semua segi kehidupannya...

    ...Mulai dari perekonomiannya yang sangat kapitalistik dengan sistem riba dan pendidikan yang sekuler pool…

Pernah nggak di sekolah kamu mendapat dogma dari pelajaran PPKN bahwa Indonesia bukan Negara agama tapi juga bukan Negara sekuler. Trus apaan loh? Karena semua serba bukan, Indonesia akhirnya jadi Negara yang bukan-bukan dan gado-gado kayak sekarang ini.

Nggak jelas mau berpijak ke mana or melangkah ke mana. Ibarat orang mau membangun rumah, bentuk pondasinya kacau balau dan gak tau apa yang dimau ketika pondasi yang kacau balau tersebut sudah berdiri. Semua serba setengah hati.

Karena pondasi atau dasar yang nggak jelas, akhirnya banyak masuk pesanan asing yang mendikte, apa kemauan mereka untuk dipaksakan pada pondasi dan bangunan yang akan didirikan itu. Akhirnya, Indonesia bukan milik rakyat, tapi milik asing.

Indonesia pun masih terjajah. Selamanya negeri ini akan terjajah bila tak ada kemauan kuat dari masyarakatnya untuk keluar dari penjajahan ini. Ironisnya, sangat sedikit orang yang sadar bahwa bangsa ini masih terjajah.

Mayoritas yang ada malah bersikap sebaliknya, yaitu bersuka ria karena nganggap bahwa bangsa ini sudah merdeka sehingga sulit diajak nyadar dan berpikir.

    …Selamanya negeri ini akan terjajah bila tak ada kemauan kuat dari masyarakatnya untuk keluar dari penjajahan ini...

    ...Ironisnya, sangat sedikit orang yang sadar bahwa bangsa ini masih terjajah…

Lomba 17 Agustusan sekedar lucu-lucuan giat dilaksanakan, semisal lomba balap karung, sepakbola pake sarung, menangkap belut, makan krupuk, dll.

Semua itu hanya hiburan sesaat untuk melupakan beban hidup yang berat. Setelah lomba selesai, masyarakat dihadapkan lagi pada masalah hidup yang menghimpit. Sungguh, negeri ini benar-benar belum merdeka!!!

Ayo, Rebut Kemerdekaan!

Ternyata kita belum merdeka, kawan. Kita butuh merebut kemerdekaan dulu sebelum nantinya akan kita isi dengan apa kemerdekaan ini.

Btw, gak salah nih ngajak merebut kemerdekaan di hari gene? Enggak donk. Kamu udah pada ngeh kan bahwa negeri ini tuh masih belum merdeka dan terjajah dalam semua segi kehidupan. Hanya manusia hidup saja yang enggan hidup dalam kondisi terjajah.

Dan cuma mayat hidup saja yang pasrah dengan nasib buruk sebagai bangsa terjajah. Saya yakin kamu semua bukan termasuk golongan Zombie ini. Jadi ayo, mulai sekarang kita bergerak untuk keluar dari penjajahan ini. How?

    …Ternyata kita belum merdeka, kawan. Kita butuh merebut kemerdekaan dulu sebelum nantinya akan kita isi dengan apa kemerdekaan ini…

Pertama, mulai merdekakan pikiran kamu dari semua hal berbau penjajahan. Bebaskan diri kamu dari mental sebagai orang terjajah. Buang pemikiran rusak dan bobrok dari penghambaan kepada hawa nafsu berganti menjadi penghambaan pada Allah saja.

Campakkan sikap membebek pada ideologi dan sistem asing untuk kemudian meyakini bahwa ideologi dan sistem dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta adalah satu-satunya yang mampu mengeluarkan manusia dari penjajahan ini. Ideologi dan sistem apakah itu? Ya pasti Islam-lah. Emang ada yang lain? Gak mungkin!

Kedua, bila keyakinan ini telah menancap kuat dalam benakmu, jangan diam. Merebut kemerdekaan bukan kerja satu orang, tapi kerja bersama melibatkan banyak orang dari berbagai kalangan.

Ayo sebarkan keyakinan bahwa kita harus merebut kemerdekaan ini hanya dengan kembali pada ideologi dan sistem Islam saja. Ideologi dan sistem Islam ini hanya bisa terwujud dalam sebuah institusi bernama Daulah Islamiyyah atau Khilafah Rosyidah ‘ala Minhajin Nubuwwah.

Jangan takut susah dan menderita dalam perjuangan merebut kemerdekaan yang hakiki ini. Karena sungguh, tak ada yang namanya jalan enak bagi para pejuang. Terjal dan berliku adalah sunnatullah perjuangan. Ingat itu!!

    …Jangan takut susah dan menderita dalam perjuangan merebut kemerdekaan yang hakiki ini. Karena sungguh, tak ada yang namanya jalan enak bagi para pejuang…

Dan hanya satu saja yang membedakan mental pejuang sebenarnya dengan yang pura-pura sok jadi pejuang. Pejuang sejati tak kenal kompromi dengan para penjajah. Sedangkan pejuang gadungan selalu mencari dalih agar kerasnya perjuangan bisa diperlunak dengan beribu alasan.

Perbedaan yang lain adalah, kalo perjuangan standar biasanya berbumbu nasionalisme, perjuangan kita kali ini berskala internasionalisme. Dengan melakukan langkah di atas, kita tak cuma membebaskan Indonesia dari penjajahan namun secara bertahap, kita membebaskan dunia secara keseluruhan.

Yakinlah, saudara-saudara kita di belahan bumi yang lain juga sama-sama berjuang menuju kemerdekaan hakiki dengan Islam. Dan yang lebih asyik lagi, kemerdekaan yang akan kita rebut, tidak hanya berdimensi dunia saja namun bakal kita bawa hingga akhirat kelak berupa pahala dan surga-Nya. Wow…keren kan?

Soo, perjuangan belum selesai dan berhenti, teman. Perjuangan merebut kemerdekaan ini harus dilaksanakan. Jangan mau kamu diadu-domba sesama muslim oleh kaum Kafir dengan tudingan ‘Terorisme’.

Jangan pula kamu mau dijebak dengan issue bom dan sebutan Islam garis keras, radikal, ekstrimis dan berbagai julukan yang menyudutkan lainnya. Perjuangan kita adalah perjuangan pemikiran yaitu membebaskan umat dari pengaruh dogma rusak semacam penyakit Demokrasi dan SEPILIS (sekularisme, pluralisme, dan liberalisme).

    …Perjuangan merebut kemerdekaan ini harus dilaksanakan. Jangan mau kamu diadu-domba sesama muslim oleh kaum Kafir dengan tudingan ‘Terorisme’…

Kita gak butuh bom untuk menyerang paham-paham rusak di atas. Yang kita butuhkan hanya pemikiran yang kuat dan tajam, bukti akurat dan pemahaman Islam yang utuh, nggak separuh-separuh. Itu saja senjata kita. Plus tentunya keimanan yang mendalam sehingga pertolongan Allah akan segera terwujud di tengah-tengah kita.

Semoga tulisan sederhana ini mampu menyadarkan kamu-kamu yang dulunya percaya bahwa negeri ini telah merdeka. Dan semoga tulisan ini bisa menjadi bekal kamu untuk menularkan semangat perjuangan merebut kemerdekaan hakiki dari tangan penjajah kapitalis, Demokrasi dengan sistem kufur lainnya.

Yuk sama-sama kita tekadkan di hati bahwa hidup terjajah itu gak asyik. Hidup sebagai budak ideologi sekuler itu gak keren. Yang asyik dan keren cuma ketika kita menjadi makhluk bebas dan merdeka dalam sebuah sistem sempurna yaitu Syari’at Islam. Untuk menuju ke sana, tentu butuh perjuangan kita-kita.

Pertanyaannya, maukah kamu menjadi salah satu pejuang itu? Imbalannya bukan hanya mulia di dunia saja namun kebahagiaan akhirat pun telah menunggu kita, insya Allah. Jadi, tak ada alasan lagi kan bagi kita untuk mangkir dari merebut kemerdekaan hakiki dalam naungan Ilahi? Tentu tidak! Ayo semangat!. [edt: Khal-fah]
READ MORE - Indonesia masih terjajah

Kamis, 15 Agustus 2013

Mesir, Palestina, Syiria dan Hari Kemerdekaan Indonesia

Tepat pada 17 Agustus 2013 ini, kemerdekaan Indonesia telah berusia 68 tahun sejak dideklarasikannya pada 17 Agustus 1945. Tentulah kemerdekaan ini tidak didapati dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan atau mengucapkan sim salabim, abra katabra. Akan tetapi perjuangan rakyat Indonesia dan para founding fathers yang rela mengorbankan nyawa mereka demi generasi dan anak cucu berikutnya. Sebagai pelanjut estafet kemerdekaan dan warga yang baik tentu mengisi kemerdekaan ini dengan nilai-nilai positif  adalah harapan dari pejuang-pejuang kemerdekaan sebelumnya. Pemerintahan yang memperhatikan rakyatnya, keadilan hukum yang beradab, dan peningkatan ekonomi yang layak serta kebebasan yang normatif juga merupakan demand (tuntutan) para founding fathers. Sehingga kemerdekaan ini bisa dinikmati semua kalangan. Karena kemerdekaan itu adalah memang hak semua bangsa sementara penjajahan dan intervensi berlebihan adalah kejahatan yang merusak semua sendi-sendi kehidupan bangsa tersebut. Mencintai kemerdekaan Negara adalah merupakan patriotisme yang harus ditanamkan. Salah bentuk dari patriotisme adalah cinta tanah air. Menjaga tanah air dari serangan musuh neocolonialism adalah manifestasi patriotisme. Ikut andil dalam memajukan pembangunan negeri adalah sikap patriotisme positif. Hanya saja kecintaan tersebut jangan sampai berlebihan sehingga seseorang melupakan negara yang lain yang berhak juga untuk dicintai dan dibela.

Dalam konsep Islam mencintai tanah air adalah ghazirah (instinct), fitrah manusia. Ghazirah ini ada yang dipuji (mahmudah) dan dicela (mazmumah). Jika mencitai tanah air karena dorongan mencitai Allah SWT dan rasulullah maka ini instink yang terpuji. Tapi sebaliknya jika untuk berbangga sehingga menyepelekan dan bahkan tidak membantu negara lain hal ini sangat tercela. Islam telah melarang menjadikan cinta tanah air sebagai idol (sembahan,pujaan) dan Allah SWT menyuruh kita untuk saling bersatu dalam ikatan ukhuwah bukan baldah (negeri). Alquran mengajarkan orang yang beriman untuk memperhatikan negeri lain yang ada kaum musliminnya di sana. Rasulullah SAW bersabda :

إنك لأحب البلاد إلي، ولولا أن أهلك أخرجوني منك ما خرجت  
“sesungguhnya engkaulah negeri(Makkah) yang paling kucintai. Jika penduduknya tidak mengusirku maka aku tidak akan keluar dari sana”

Sebagian orang salah dalam menafsirkan hadist ini sehingga mereka berlebihan mencintai, membela dan bahkan hanya mementingkan negeri atau negaranya saja. Padahal rasulullah mencintai Makkah bukan karena tempat lahir dan keturunannya di sana akan tetapi karena ada ka’bah (baitullah) yang telah dibangun oleh Ibrahim AS dan putranya Ismail AS. Kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap ka’bah tumbuh karena Allah SWT mencintai ka’bah tersebut. Setiap tanah di penjuru dunia ini yang dicintai Allah SWT maka wajib bagi kaum muslimin untuk mencintainya juga. Rasa cinta yang ada tentu menumbuhkan pembelaan dan pertahanan dari musuh-musuh yang ingin merampasnya. Apa yang sedang terjadi di Mesir, Palestina, dan Syiria, Irak, Pakistan, dan lainnya notabene kaum muslimin sedang ditindas di negeri mereka hendak menyadarkan kaum muslimin di manapun berada khususnya di Indonesia yang merayakan kemerdekaannya untuk tidak melupakan saudara-saudara seiman di sana yang sedang berjuang mempertahankan negerinya yang juga merupakan negeri kaum muslimin Indonesia. Jangan sampai terlalu berbahagia apalagi sampai menghabiskan dana besar untuk merayakan hari kemerdekaan sementara kaum muslimin di Mesir, Palestina, dan Syiria membutuhkan asupan dan harapan untuk hidup tenang. Semoga kita bisa mengisi kemerdekaan ini dengan kepekaan dan kepedulian terhadap seseama khususnya saudara-saudara yang seakidah. Wallhu ‘alam.
READ MORE - Mesir, Palestina, Syiria dan Hari Kemerdekaan Indonesia

Selasa, 13 Agustus 2013

Tinjauan Islam tentang Dunia Guyonan dan Lawakan

Kebebasan berekpresi dan berpendapat adalah salah satu konten demokrasi. Sehingga setiap orang merdeka untuk mengeluarkan apa saja yang menjadi unek-unek dalam hatinya. Baik mau didengar atau tidak oleh orang lain yang penting bisa berekpresi. Karena ekpresi adalah natural talenta yang telah dianugerahi Allah SWT sejak lahir. Karena Islam memandang bayi yang terlahir adalah bebas dari ketergadaiannya setelah diaqiqahkan. Yang arti dari aqiqah itu sendiri adalah “bebas atau meredeka”.Hanya saja Islam telah membatasi kebebasan itu dengan syari’ahnya yang telah ditetapkan dalam Alquran dan Hadist. Sebelum kita membahas dan memaparkan pendapat salah seorang ulama terkenal tentang judul tulisan di atas. ada baiknya kita melihat fenomena yang sedang berkembang di negeri tercinta ini. Lihat saja tayangan ditelevisi yang menampilkan adegan-adegan khusus lawakan atau komedi yang dikemas dalam berbagai program atau acara tertentu. Ratingyapun naik, karena banyak yang menyukai dan lebih menghibur. Sehingga tak heran lagi hampir setiap stasiun TV menampilkan acara komedi dengan nama program yang berbeda. Kami tidak menjelaskan dalam tulisan ini program apa saja yang sedang berkembang tapi yang jelas pembaca sudah mengenalnya. Sering kali dalam adegannya para aktor atau aktres yang dibintangi oleh para pemain senior baik dalam kontek skripnya atau live menyampaikan leluconan yang sering menghina dan membuat reputasi seseorang rusak. Maka tak heran ada sebagian dari mereka yang dikasuskan. Disadari atau tidak guyonan tersebut awalnya untuk menghibur akan tetapi karena kasyikan dan di luar scenario sering berujung nyeleneh sehingga banyak orang lain merasa tersinggung. Acara demi acara dikemas begitu rapi sehingga para penonton pun dihadirkan secara teratur dan para peserta ketawanya pun diatur sedemikian rupa. Setiap adegan dianggap ketawapun para peserta disuruh untuk ketawa bahkan mungkin terkesan dipaksakan. Dunia hiburan pun tidak terlepas dari konsep kapitalisme. Ini salah satu bentuk kebebasan berekpresi dalam dunia hiburan. Sehingga nilai-nilai eduktif pun tidak tersadur dengan baik. Yang seharusnya tontonan menjadi tuntunan tapi malah tuntunan menjadi tontonan. Adegan demi adegan pun disaksikan oleh anak-anak sehingga sudah biasa ditelinga kita mereka mengucapkan kata-kata hinaan yang dikemas dalam kontek gaul atau kekinian. Yang paling aneh lagi para orang tua pun ikut nonton bahkan rela mengantri ramai-ramai mengikuti acara tersebut ketika datang ke suatu tempat dan siarkan secara langsung hanya sekedar menonton yang kontennya lebih mengarah hal-hal yang koruptif dan distorsif serta mendengarkan bualan-bualan yang dianggap sampah oleh Islam. Di sisi lain kebebasan mengekpos kehidupan seleberiti tanah air makin semarak. Liburan dan bahkan kehidupannya sehari-hari pun selalu disorot. Salah satunya glamoritas dan kemewahan mereka ditayangkan dengan menampilkan rumah dan mobil yang mewah dilengkapi dengan fasilitas wah sehingga membuat sebagian masyarakat jadi terengah-engah. Ini hanya sebagian dari fenomena kebebasan di tengah demokrasi yang sedang berkembang.

Bagaimana islam dan pendapat ulama tentang adegan-adegan tersebut? Dan apakah orang yang ikut menonton dan menyaksikan ikut berdosa?

Dalam Alquran Surah Attaubah :82 disebutkan:
فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلًا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Hendaklah mereka sedikit ketawa dan memperbanyak menangis sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka usahakan atau kerjakan”
Secara tekstual ayat ini turun kepada orang-orang yang senang dan bangga bahwa mereka tidak mau mengeluarkan harta mereka dan ikut berperang dengan rasulullah bahkan mereka bersuka ria dan mentertawakan rasulullah dan para sahabat yang ikut berperang.
Kontektualnya, Allah SWT melarang kita untuk memperbanyak ketawa dan memerintahkan untuk sering menangis. Karena banyak ketawa bisa mematikan hati dan menjauhi dari kedekatan diri kepada Allah SWT. Sementara sering menangis karena takut kepada azab dan siksaan Allah SWT adalah sutu yang terpuji. Rasulullah bersabda:
"اُبْكُوْا فَإنْ لَمْ تَبْكُوْا فَتبَاَكَوْا فَإنَّ أهْلَ النَّارِ يَبْكُوْنَ حَتَّى تَسِيْلَ دُمُوْعُهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ كَأنَّهَا جَدَاوِلُ حَتَّى تَنْقَطِعَ الدُّمُوْعُ فَتَسِيْلَ الدِّمَاءَ فَتَقْرَحَ العُيُوْنُ فَلَوْ أَنَّ سُفُناً أُجْرِيَتْ فِيْهَا لَجَرَتْ"
Menangislah kamu, jika tidak bisa menangis maka berusahalah untuk menangis (pura-pura menangis). Karena sesungguhnya penduduk neraka mereka menangis sampai air mata mereka bercucuran di wajah mereka seolah-olah ada jadwal tertentu sehingga air mata tersebut terputus kemudian mengalirkan lagi air mata sehingga samapai mata-mata mereka merasa tenang. Jika kapal-kapal dilayarkan maka kapal tersebut bisa berlayar di sana (HR. Tarmidzi)Syekh Abdul Aziz bin Baaz pernah ditanya tentang hukum lawakan dan menyaksikan atau mendengarkannya sehingga menimbulkan ketawa. Berikut kami tampilkan petikan pertanyaan dan jawabannya:
السؤال
 ما حكم النكت وحكم سماعها، نرجو التفصيل في هذا الأمر ليتضح لدينا حُكمه، وما حكمها إذا كانت النكتة عامة لا تختص بشعب ولا بفرد ولا بقبيلة؟

الجواب النكت فيها تفصيل إن كانت على سبيل الكذب فلا تجوز، أما إذا كان يحكي أشياء واقعية، أو يصور أشياء لو وقعت كيف الحكم، لو وقع كذا أو صار كذا كيف الحكم، أو يحكي حكايات فيها فائدة للناس وليس من أجل الضحك إنما للفائدة والنصيحة فلا بأس، أما النكت التي مضمونها كذب واختراع أشياء لم تقع كأنها واقعة، فهذا لا أراه جائزاً، يقول النبي صلى الله عليه وسلم: (ويل للذي يحدث فيكذب ليضحك به القوم، ويل له ثم ويل له) ويقول: (أنا زعيم ببيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحاً، وأنا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقاً، وأنا زعيم ببيت في أعلى الجنة لمن حسن خلقه) ، هذه ثلاثة أشياء أوصى بها النبي صلى الله عليه وسلم، وهو حديث صحيح جيد لا بأس به، يقول النبي صلى الله عليه وسلم: (أنا زعيم ببيت في ربض الجنة -أي: ظاهرها وما حولها- لمن ترك المراء وإن كان محقاً -الجدال والمخاصمة الشديدة؛ لأنها قد تفضي إلى العداوة والشحناء والباطل- وأنا زعيم ببيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحاً، وأنا زعيم ببيت في أعلى الجنة لمن حسن خلقه) ، حسن الخلق له شأن عظيم، ويقول عليه الصلاة والسلام: (ويل للذي يحدث فيكذب ليضحك به القوم، ويل له ثم ويل له) .( دروس للشيخ عبد العزيز بن باز .المكتبة الشاملة :القسم:محاضرات متفرقة. )
Pertanyaan:
Apa hukum guyonan dan sejenisnya serta hukum mendengarnya, kami mengharapkan rinciannya agar jelas bagi kami tentang hal ini, dan apa hukum guyonan tesebut yang bersifat umum tidak dikhususkan kapada masyarakat (bangsa), individu, dan suku tertentu?

Jawaban:
Dalam hal guyonan dan sejenisnya terdapat beberapa rincian: jika dengan cara bohong (mengada-ada) maka tidak boleh. Adapun jika guyonan tersebut dalam kontek fakta atau menggambarkan sesuatu jika terjadi atau tidak, reaksinya bagaimana atau menceritkan hikayat-hikayat(cerita-cerita) yang bermanfaat (bernilai edukatif) bagi manusia dan tidak semata dengan jalan ketawa aka tetapi karena untuk nasihat maka hal demikian tidak mengapa (tidak berdosa). Sementara jika guyonan tersebut bohong dan mengada-ada (ihktira’) dan menganggap seolah-olah terjadi maka saya berpendapat itu tidak boleh. Sebagaimana nabi mengatakan: “celakalah orang yang berbicara kemudian berbohong dalam pembicaraannya agar orang yang mendengarkannya ketawa, celakalah dan sungguh celakalah”. Nabi juga mengatakan: “saya adalah pemimpin di sebuah rumah di tengan surga bagi orang yang meninggalkan kebohongan meskipun dia dalam keadaan bercanda, saya pemimpin di rumah di sekitar surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan atau permusuhan meskipun ia merasa benar, dan saya pemimpin di sebuah rumah pada surga yang paling atas bagi orang yang akhlaknya baik”.(Diambil dari Maktabah Syamilah: bagian kajian dan muhadharah terpisah pada kajian-kajian Syekh Abdul Aziz bin Baaz)

Demikianlah kajian singkat pada kesempatan kali ini seputar guyonan yang menimbulkan ketawa dan semoga kita bisa menyimpulkannya dengan benar.  Wallahu’alam

READ MORE - Tinjauan Islam tentang Dunia Guyonan dan Lawakan

Minggu, 11 Agustus 2013

Kosher Food and Good / Halalan Thoyyiban

Allah SWT commands us to eat kosher food and good / halalan thoyyiban


Al Qur'an, Surat Al Maidah: 88 which means:

"And eat kosher food anymore either (Thayib) of what has been dirizkikan bertaqwalah to you and ye believe in Allah and Him"

God commands us to eat foods that are not only halal, but also good (halalan thoyyiban) so as not to harm our bodies. This command even equated with pious to God, as a command very firm and clear. This command is also confirmed in other verses, such as those in Surat al-Baqara: 168 which means:

"O all men, eat the lawful and good of what is on earth, and follow not the steps Satan: for he is the devil it outright enemy to you"

First we know, it's not just halal halal food, but also how to get it from the source must also be kosher. If the source is haram such as corruption, stealing, robbing, displacing the people of the land at a low price, then even though the food you eat actually halal, haram fixed. And will make the eaters tormented in hell fire. The Prophet said:

Each growing body of (food) is haram then the fires of hell burn more mainstream. (Narrated Ath-Thabrani)

Truly God is good and does not accept except good things. God commanded the believers as He sent the apostles, such as Al Mukminun letter word in verse 52: "O messengers, eat from food-good food-good and serve pious deeds." Allah also says in surah Al Baqarah 172 : "O ye who believe eat of the sustenance which is good." Then the Prophet mentioned a man who traveled a long way, her hair matted and dirty face full of dust spread forth his hands to heaven and cried: "Yes Robbku, Robbku Yes", while unclean food, drink haram, his clothing unlawful, and he is being fed from the unlawful anyway. If so how God answered his prayer? (Narrated by Muslim)

All that comes from the sea is halal to eat, as the following verse:

        "It is made lawful for you (fish) are caught in the ocean and food that comes from the sea"
Surah Al Maidah: 94

Some of the following verse states that the Qur'an is not just a little kosher. However, with the development of technology, it can be a bit much for entry into the processed foods are not unexpected. Some restrictions associated with the forbidden foods are:

Surah Al Maidah: 3
"Forbidden to you (take) carrion, blood, pork, (animal meat) slaughtered in the name of other than Allah, who tecekik, who was beaten, who fell headlong, and the wild beast pounced on, but you could kill it." Surah Al Baqarah: 173
"Surely God forbid you carrion, blood, pork, and slaughtered by the name of other than Allah." Surah Al Maidah: 4
"And eat of the prey captured in the name of God for you and sebutlan when releasing animals (dogs) hunters." Surat Al-An 'am: 121
"And do not eat sacrifices which do not mention the name of Allah, and indeed such was wicked."

Surat an-Nahl: 67
"And from the fruits of date palms and grapes, you make an intoxicating drink and a good rizki. Verily in that are actually signs (of Allah) for people who reflect. "
Surah Al Baqarah: 219
"They ask thee concerning wine and gambling; Say:" In them is great sin, and some profit, for men, but the sin is greater than the benefits. "
Surat an-Nisa: 43
"O you who believe, do not pray, are you drunk, so that you understand what you're saying."

Of a series of verses, some of which are forbidden:

    Carcass
    Blood
    Pig
    Slaughtered animals in addition to the name of Allah
    Khamer or intoxicants

Additionally forbidden to eat fanged beasts such as dogs, cats, tigers, and so on:

Hadith narrated by Abu Tsa `ra spiders., He said:
Prophet. prohibit eating fanged beast. (Saheeh Muslim, No.3570)

Haram also eats ass:

That the Messenger of Allah. prohibit pets eating donkey meat. (Saheeh Muslim, No.3583)

Fifth eaten unclean animals, based on the hadeeth of Abu Hurayrah-radhiallahu 'anhu-, he said:

نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن قتل الصرد والضفدع والنملة والهدهد

"Prophet Muhammad forbade killing shurad, frogs, ants, and hud-hud. (Narrated by Ibn Majah with a chain of transmission that shohih).

The Prophet once said "Five kinds of animals to be killed, either on the ground or in the ground haram usual, ie: snakes, scorpions, rats, wild dogs and the eagle" (Abu Daud) in another narration also crow.
Imam Syafi'ie proscribe 2 animals that live in nature (in the water and on land), such as frogs, crocodiles, turtles, and crabs.
Besides halal, food must also be good. Although halal but if not good, we should not eat. Among the criteria for a good meal is:

    Nutritious
    Complete and balanced food. In elementary school time we learnt 4 healthy 5 perfect foods such as rice / corn, side dish / dishes, vegetables, fruits, and milk last. All of these foods contain carbohydrates, protein, vitamins, and minerals needed by our bodies. It is better coupled with herbs such as honey, pegs the earth, habbatus saudah, olive oil, and so that our body healthy.
    Does not contain substances that are harmful to our health, such as high cholesterol or uric acid can lead us.
    Natural. Does not contain chemical substances such as chemical fertilizers, chemical pesticides, chemical preservatives (eg, formaldehyde), chemical dyes, chemical flavorings (eg source of sugar / aspartame, MSG, etc.)
    Still fresh. Not rot or stale so that the color, smell, and taste changes
    Not excessive. Food as good as anything if excessive, is not good

Food Rules:
- Don’t eat anything your great-grandmother wouldn’t recognise as food.
- Eat only foods that eventually will rot.
- Get out of the supermarket whenever you can.



READ MORE - Kosher Food and Good / Halalan Thoyyiban