Pada hakikatnya pendidikan itu terdiri dari empat pilar: pendidik, yang dididik, sarana pendidikan dan pengetahuan yang akan diajarkan. Kempat pilar tersebut secara konstektual Allah SWT jelaskan dalam Surat al-‘Alaq (ayat 1-5):
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3)
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
"1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya"
Pertama, Allah SWT adalah Sang Pendidik. Bacalah, belajarlah dan tekunilah sesuatu itu dengan menyebut pendidikmu yaitu Allah SWT. Hal ini mengindikasikan bahwa apapun jenis pendidikan yang tidak berdasarkan kerabbaniyan akan sia-sia. Setiap pengajaran lari dari koridor atau konsep Ketuhanan pasti distorsif. Allah adalah Sang Pengajar, pendidik sekaligus pengatur yang sempurna tentu berbeda dengan yang lainnya. Sehingga tidak dipungkiri lagi Dia berhasil memproduksi mesin promotor zaman yang luar biasa, pembaharu sekaligus figur yang didambakan yaitu Muhammad SAW.
ketika ilmu didikotomikan, pelajaran yang layak diUNkan selalu menjadi prioritas seperti : Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia sementara pelajaran moral notabene Pendidikan Agama Islam (PAI)diabaikan saat itu juga eksistensi Tuhan dicuekkan. Dengan demikian muncullah istilah pendidikan berkrakter bagaimana seorang pendidik bisa berhasil mengajarkan bidang studinya yang tidak hanya anak mampu menguasai tapi harus bekrakter dan bemoral.
Paradagima sekuler paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat,agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din ‘an al-hayah). Eksistensi agama tidak dinafikan hanya dibatasi perannya.
Paradigma sosialis paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, dus,tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek.
Paradigma Islam paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan
Kedua, yang didik. Siapapun boleh menjadi murid atau talib tanpa harus melihat umur dan status. Muhammad SAW adalah salah satu murid Allah SWT. Sejarah sudah membuktikan dan mencatat tanpa keraguan bagaimana kemulian sosok Muhammad. Bahkan Michael H. Hart (guru besar astronomi dan fisika perguruan tinggi di Maryland, Amerika Serikat)Pengarang 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia memposisikan Muhammad SAW diurutan pertama. Ia memaparkan "dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.
Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar".(http://id.wikipedia.org/wiki/Michael_H._Hart)
Pendidikan akan berhasil jika konsep sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW diterapkan dalam pengajaran. Pendidikan akan bermutu dan berkrakter jika sosok Muhammad dan ajarannya dijadikan panutan. Tapi pendidikan di negeri tercinta tercabik selalu menangis karena kehilangan panutannya. kebijakan yang selalu berganti menjadikan potret pendidikan hilang arah karena hanya mengikuti kemauan penguasa negeri. Perubahan nama kurikulum yang subtansi masih sama menjadi tranding tema para penguasa saat ini. Sesuai lirik lagu Armada "mau dibawa kemana cinta ini". Mau dibawa kemana pendidikan anak negeri ini. apakah sesuai kehendak penguasa atau sekedar formalitas untuk mendapatkan proyek dari semua itu. tentu jawabannya sudah ada.
Ketiga, sarana pendidikan. Pada ayat keempat di atas disebutkan Yang mengajar (manusia) dengan perantaran al-qalam (pena) menandakan betapa pentingnya sebuah sarana pendidikan. Qalam adalah sebuah pena, bantuan dan dana untuk para pendidik dan yang didik. Ketidakadilan membuat pendidikan menjadi mandul. menunda bahkan memakan apa yang menjadi hak dari si pendidik dan murid adalah sebuah musibah dalam pendidikan.
Tidak masanya lagi perbedaan itu dinampakkan. Sekolah negeri dan swasta seharusnya sejajar menurut pendidkan Tuhan. Apa yang menjadi bagian dari sekolah negeri adalah bagian dari sekolah swasta.
Kata al-qalam juga adalah simbol transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai dan keterampilan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kata ini merupakan simbol abadi sejak manusia mengenal baca-tulis hingga dewasa ini. Proses transfer budaya dan peradaban tidak akan terjadi tanpa peran penting tradisi tulis–menulis yang dilambangkan dengan al-qalam.
Keempat, pengajaran. Pengetahuan yang upto date dan baru adalah penentu keberhasilan pendidikan tersebut. Allah SWT selalu mengupdate pengajaranNya kepada Muhammad SAW maka Muhammad berhasil. Dia mengajar kepada manusia (Muhammad SAW) apa yang tidak diketahuinya ( Alalaq :5). Seorang pendidik yang mampu mengimprovisasi dirinya dan bisa menguasai kelas tentu lebih jauh berhasil daripada seorang pengajar yang hanya datang ke kelas untuk absesnsi saja.
Kempat pilar tersebut merupakan ciri khas Pendidikan Tuhan. Last but not least, jawaban dari pertanyaan : mau dibawa kemana pendidikan ini? tentu bawalah ia menuju pendidikan ala Rabbani. Wallahu a'lam.
Tweet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar