marquee

Selamat Datang di Blog Kami

welcome

Berbagi itu Indah dan Senyum itu Sedekah

Kamis, 17 Mei 2012

Sukhoi, dan Pendidikan Tauhid Rububiyyah

By Robi Kurniawan, MA

Rabu 9 Mei 2012, menjadi hari yang tak akan terlupakan bagi dunia penerbangan Indonesia. Di hari itu, sebanyak 45 nyawa melayang akibat jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 milik Rusia di kawasan Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebelum pesawat Sukhoi menabrak Gunung Salak, Sukabumi, Jawa Barat, ternyata nun jauh di Nigeria, seorang pendeta sudah memprediksikan terjadinya kecelakan fatal pesawat Sukhoi Superjet 100 RA-3680.

Temitope Balogun Joshua, seorang pendeta dari Nigeria, Afrika Barat, mengatakan dalam kebaktian hari Minggu (6/5) bahwa ia mendapat sebuah penglihatan. Dalam penglihatan tersebut, ia seperti menonton tayangan berita terkini yang menyiarkan adanya sebuah pesawat yang hilang.
"Ada sebuah pesawat datang ke Indonesia, pesawat yang besar dan mengangkut sejumlah penumpang. Saya melihat kecelakaan. Kapal itu berwarna biru... Saya melihat Rabu. Apa yang akan terjadi pada Rabu?" katanya di hadapan sekitar 15.000 jemaat.

Kejadian tersebut ia lihat jelas sampai ia bisa melihat warna kapal tersebut, tempat kapal itu lepas landas, hingga waktu kapal itu mengalami kecelakaan.



"Jika penglihatan itu tidak jelas, saya tidak akan berbicara. Saya melihat kejadian itu di Indonesia. Saya ingin mengingatkan mereka. Gambar itu memperlihatkan tempat kapal itu lepas landas, kapan itu terjadi, hari, dan waktunya. Saya lihat Rabu," katanya (http://www.beritasatu.com/jelajah-youtube/47650-ramalan-tepat-jatuhnya-sukhoi-oleh-pendeta-di-nigeria.html). Apapun argumen dan ramalan yang muncul itu hanya kebetulan. karena segala sesuatu tidak lepas dari ilmu Allah SWT dan ilmu manusia hanya terbatas.
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا) طه:

110). Artinya : Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.(Qs.Thoha : 110 ).
وَكَانَ اللّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيطًا

Artinya : Dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.(Qs.An-nisa’ 126 ).

Dua ayat di atas mengindikasikan kebenaran mutlak hanya dimiliki Allah SWT. Tragedi yang minimpa pesawat sukhoi adalah salah satu indikator bahwa ketidaksempurnaan manusia. meskipun ada yang bisa meramalkan bahwa akan ada peristiwa besar terjadi dan jika peristiwa itu berasal dari Allah tidak satupun makhlukNya sanggup menunda atau membatalkan keberadaannya.

[Al Baqarah:117] Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia."

[An Nahl:40] Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia".

[Yaasiin:82] Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia".

Al An'aam:73] Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui

[Al Mu'min:68] Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia".

[Maryam:35] Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia".

[Ali 'Imran:47] Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.

[Ali 'Imran:59] Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah", maka jadilah dia.

kun fayakun ( jadilah lalu jadilah ia) adalah sebuah prolog yang tidak membutuhkan waktu, tempo, dan masa. Kehendak Allah tidak bergantung dengan apapun. Dialah The Holy Decesion Maker. kita sebagai manusia yang bertendensi Human Error hanya bisa mengambil hikmah dan mauidzah (pelajaran) dari semua peristiwa. Pendidikan tauhid mulkiyah, uluhiyyah, dan rububiyyah adalah hikmah yang luar biasa bisa dipetik dari peristiwa jatuhnya pesawat sukhoi dan peristiwa besar lainnya terjadi sebelum sukhoi.

Ustadz Ibnu Katsir dalam Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir, jilid 3, hal 696, menjelaskan, “Ayat satu sampai tiga dari surat An-Nas, yaitu Qul A’udzu birabbinnas, malikinnas, ilaahinnas, menegaskan tiga aspek ketauhidan yang paling fundamental, yaitu Tauhid Rububiyyah, Mulkiyyah, dan Uluhiyyah”.

Tauhid Rububiyyah terambil dari kalimat Rabbinnas. Maknanya, yakin hanya Allah satu-satunya yang Maha Pencipta, Pemilik, Pengendali alam raya, dan dengan kekuasaan-Nya Ia menghidupkan dan mematikan.

Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rizki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu ( kembali )… ( Q.S. Ar-Rum 30 : 40 )

Tauhid Mulkiyyah terambil dari kalimat Malikinnas. Maknanya, yakin hanya Allah swt. raja atau penguasa yang sesungguhnya, penguasa yang paling berhak menentukan aturan hidup. Aturan hidup-Nya termaktub dalam Al Qur’an dan sunah Rasul. Jadi, kalau kita mau mempelajari dan mengamalkan aturan hidup itu, berarti kita telah melaksanakan Tauhid Mulkiyyah.

Allah swt. mengecam orang-orang yang tidak mengimplementasikan Tauhid Mulkiyyah dalam kehidupannya, “Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan ( hukum ) siapakah yang lebih baik daripada ( hukum ) Allah bagi orang-orang yang yakin?” ( Q.S. Al Maidah 5: 50)

Ustadz Sayyid Qutub menjelaskan, yang dimaksud hukum jahiliyyah adalah aturan hidup atau hukum produk manusia yang berseberangan atau bertentangan dengan nilai-nilai Qur’ani. Misalnya, saat pembagian waris kita lebih suka menggunakan hukum waris adat ketimbang hukum waris Islam, padahal hukum waris adat banyak yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ini kan pelanggaran terhadap tauhid mulkiyyah.

Adapun hukum atau aturan buatan manusia yang tidak bertentangan atau sejalan dengan nilai-nilai Islam, tentu tidak disebut hukum jahiliyyah, dan kita pun wajib menaatinya untuk kemashlahatan. Misalnya kita harus menghentikan kendaraan bila lampu merah menyala, aturan ini harus kita taati karena tidak menyalahi aturan Islam dan bermanfaat untuk kemaslahatan. Saat ujian kita tidak boleh nyontek, ini aturan yang wajib ditaati karena senafas dengan ajaran Islam yang menekankan kejujuran dalam segala hal.

Tauhid Uluhiyyah terambil dari kalimat Ilaahinnas. Maknanya, suatu keyakinan bahwa hanya Allah swt. yang paling berhak untuk diibadahi.

“Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada mereka bahwa tiada Tuhan selain Aku, maka beribadahlah hanya kepada-Ku.” ( Q.S. Al Anbiya 21 : 25 )

Kalau kita cermati, sesungguhnya kaum jahiliyyah yang menentang dakwah Rasul memiliki tauhid rububiyyah, mari simak ayat berikut, “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab “Allah”, maka bagaimana mereka ( dapat ) dipalingkan ( dari jalan yang benar ).” ( Q.S. Al-Ankabut 29 : 61 )

Menurut ayat ini, mereka yakin kalau Allah itu yang menciptakan langit dan bumi serta mengatur peredaran alam semesta. Ini indikator tauhid rububiyyah, namun mereka tidak memiliki tauhid uluhiyyah. Orang yang punya tauhid rububiyyah belum tentu memiliki tauhid uluhiyyah.

Mari kita proyeksikan analisis ini pada kehidupan kita. Kalau kita bertanya, “Apa kamu yakin Allah yang menciptakan dan memberi rizki serta kehidupan kepadamu?” Jawabnya, “Ya saya yakin.” Ini adalah tauhid rububiyyah. Tapi kenyataannya, yang disembah bukan Allah, tapi kedudukan dan harta. Artinya, tidak jarang orang meninggalkan shalat karena sibuk rapat, menyogok supaya dapat tender, menghalalkan segala cara demi kedudukan, dll. Kalau sudah begini, berarti yang menjadi Tuhannya bukan Allah, tapi harta dan kedudukan.

Dahulu, Tuhan orang-orang jahiliah adalah berhala, dan orang sekarang Tuhannya adalah kedudukan dan harta. Ini merupakan gambaran bahwa banyak umat Islam yang memiliki tauhid rububiyyah namun tidak punya tauhid uluhiyyah. Sungguh tragis! Nah, ayat satu sampai tiga dari surat An-Nas mengingatkan bahwa tauhid rububiyyah, mulkiyyah, dan uluhiyyah harus kita miliki seluruhnya agar ketauhidan itu sempurna. Kesimpulannya, Tauhid Rububiyyah maknanya suatu keyakinan bahwa hanya Allah swt. satu-satunya Yang Maha Pencipta dan Pengatur. Tauhid Mulkiyyah maknanya suatu keyakinan bahwa hanya Allah swt. yang memiliki hak untuk memberikan aturan atau hukum dalam hidup ini, aturan-Nya itu termaktub dalam Al Qur’an dan Sunah. Dan Tauhid Uluhiyyah maknanya suatu keyakinan bahwa hanya Allah swt. yang paling berhak diibadahi dan diberi loyalitas. Semoga peristiwa apapun yang terjadi karena kehendak Allah hendaknya menjadikan manusia lebih berfikir dan memperhatikan hikmahnya dan menambah ketauhidan lahirriyyah maupun batiniyyah agar kemarahan dan kemurkaanNya bisa direduksi.Wallahu A’lam

.

Tidak ada komentar: